Hai Sobat, membuat Karya Ilmiah (Karil) itu terkadang menjadi beban tersendiri bagi seseorang, karena itu akan kami berikan Contoh Karya Ilmiah Sederhana, dengan adanya contoh berikut semoga bisa meringankan beban dalam membuat Karil.
Abstrak:
Azis Sugihartono, kenakalan remaja: penyebab dan antisipasinya, 50 halaman, 4
bibliografi,
Dalam perkembangan hidup manusia, masa remaja merupakan masa yang paling
rawan. Pada masa ini, seseorang sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun
melalui banyak kesalahan. Seringkali kesalahan ini menimbulkan kekesalan bagi
lingkungan, yang pada gilirannya disebut sebagai kenakalan remaja.
Dengan demikian, tulisan ini akan melihat lebih jauh tentang faktor-faktor yang
dapat menimbulkan kenaklaan remaja, serta bagaimana cara untuk menghindarkan
seseorang untuk terlibat dalam kenakalan remaja. Metode yang digunakan dalam
tulisan ini adalah dengan mengumpulkan data sekunder, serta dengan menggunakan
hasil pengamatan.
Dari hasil pengamatan dan data sekunder didapat kesimpulan bahwa remaja memang
rawan dengan kenakalan. Kenakalan dapat datang dari berbagai segi, baik dari
segi pergaulan, pendidikan, pemanfaatan waktu luang, penghargaan uang, dan perilaku
seksual. Oleh karena itu, orang tua, masyarakat, sekolah, dan remaja itu
sendiri harus mampu mengendalikan diri untuk menghindari berbuat negatif. Cara
yang dilakukan, yaitu menumbuhkan rasa malu berbuat jahat dan takut akibat
perbuatan jahat.
KENAKALAN REMAJA:PENYEBAB DAN ANTISIPASINYA
Latar Belakang
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi tua tidak lebih hanyalah
merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang
paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan
kekhawatiran bagi para orang tua. Padahal bagi remaja, masa ini adalah masa
yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orang tua
hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu
membesar-besarkan perbedaan. Orang tua hendaknya justru menjadi teladan di
depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala
tindak-tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa (Ahmadi, 2006:112).
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara
13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat
dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan
ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan.
Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang
tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang diperbuat
para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka
memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahankesalahan yang
menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan
remaja.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
a.Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja?
b.Bagaimanakah kiat untuk menangkal agar terhindar dari pengaruh kenakalan
remaja?
Pembahasan
Hasan (2005:79) mengatakan bahwa masalah kenakalan remaja mulai mendapat
perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu peradilan untuk anak-anak nakal
tahun 1899 di Amerika Serikat. Dalam pandangan umum, kenakalan anak di bawah
umur 13 tahun masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan anak di atas usia 18
tahun dianggap merupakan salah satu bentuk kejahatan. Dalam makalah ini hanya
akan dibahas kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dalam usia 13 sampai
dengan 18 tahun.
A.Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya
adalah sebagai berikut.
1.Pengaruh Kawan Sepermainan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.
Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan teratas, misalnya anak orang
yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin
pusat atau pun anak orang terpandang lainnya.
Di zaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si
remaja saja tetapi bahkan juga para orang tuanya. Orang tua juga senang dan
bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut.
Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Akan tetapi, jika tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan
dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu
pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal
ataupun orang tua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi.
Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa
kekecewaannya itu pada narkotik atau obat terlarang dan lain sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar dalam membentuk watak dan kepribadian
seseorang ketika remaja. Oleh karena itu, para remaja hendaknya berhati-hati
dan bijaksana dalam bergaul. Jangan bergaul dengan kawankawan yang tidak benar.
Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, akan banyak menimbulkan masalah bagi
orang
tuanya. Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, remaja
hendaknya mempunyai teman bergaul yang sesuai. Orang tua pun hendaknya juga
memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga
kepada si remaja. Orang tua perlu memberi pengertian yang jelas, sekaligus
berilah teladan.
Dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak
untuk keluyuran yang tidak menentu dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui
tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Para remaja harus
berlatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka
dididik untuk mandiri. Selain itu, remaja harus tahu tentang batasan teman yang
baik.
Beberapa petunjuk tentang kriteria teman baik adalah sebagai berikut:
memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati. Menjaga barangbarang dan
harta kita apabila kita lengah. Memberikan perlindungan apabila kita berada
dalam bahaya. Tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya
dan kesulitan. Membantu sanak keluarga kita.
Sebaliknya, kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan
mendorong seseorang untuk menjadi: Penjudi. Orang yang tidak bermoral. Pemabuk.
Penipu. Pelanggar hukum.
2.Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai merupakan salah satu tugas orang tua kepada
anak. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah
yang bermutu. Adakalanya sekolah yang penanganannya kurang displin sehingga
memungkinkan anak untuk berbuat negatif, misalnya banyaknya jam kosong akan
memicu anak ramai dan berbuat onar di kelas.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Namun demikian, kadang-kadang hobi
akan mengalahkan segalanya, termasuk tanggung jawabnya sebagai pelajar. Padahal
tugas utamanya adalah bersekolah, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang
boleh dilakukan bila tugas utamanya telah selesai dikerjakan. Jika penyaluran
hobi salah sasaran, juga akan mengakibatkan berkurangnya pengendalian diri.
3.Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar
usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada
kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, remaja akan
timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan.
Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan
menimbulkan masalah.
Namun demikian, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat
terganggu. Sering perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja.
Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan
para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan
dapat berasal dari orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan
sebaya sering menganggap iseng dan berbahaya adalah salah satu bentuk pamer
sifat jagoan yang sangat membanggakan, misalnya ngebut tanpa lampu di malam
hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri,
sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam
masyarakat, apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya
maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak
mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan
kawankawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
4.Uang Saku
Orang tua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang
hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja harus belajar
menghargai nilai uang. Mereka hendaknya berlatih agar mempunyai sifat tidak
suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup
dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip
hidup ‘Jalan tengah’. Budayakan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung
bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang
yang didapat dengan kerja dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun
demikian, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan
berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat
menimbulkan masalah sebagai berikut.
a.Anak menjadi boros.
b.Anak tidak menghargai uang.
c.Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.
5.Pergaulan Bebas
Pada masa ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul dengan lain jenis.
Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya.
Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi
mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Oleh karena itu,
di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Sedangkan, pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat
berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di zaman ini
banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam
masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti
harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula
dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan
terus berlangsung selamanya.
B.Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja
Sebagian besar orang tua di zaman sekarang sangat sibuk mencari nafkah.
Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengikuti terus
kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja banyak bersumber dari
pergaulan. Oleh karena itu, para remaja hendaknya memahami pendidikan hukum,
agama, dan sosial. Dengan pendidikan ini kemana saja anak pergi ia akan selalu
ingat pesan orang tua dan dapat menjagai dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri
dan bisa dipercaya, karena dapat mengendalikan dirinya sendiri. Selama
seseorang masih memerlukan fihak lain untuk mengendalikan dirinya sendiri,
selama itu pula ia akan berpotensi melanggar peraturan bila si pengendali tidak
berada di dekatnya. Inti pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut.
1.Malu Berbuat Jahat
Benteng penjaga pertama agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah
menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat. Para
remaja harus tahu perbedaan dan akibat perbuatan baik dan tidak baik. Perbuatan
benar dan tidak benar. Orang tua dan guru memiliki peranan dalam memberikan
penjelasan kepada para remaja. Kejelasan orang tua menerangkan hal ini akan
dapat menghilangkan keraguan anak dalam mengambil keputusan. Keputusan untuk
memilih kebaikan dan meninggalkan kejahatan.
Penjelasan akan hal ini sebaiknya diberikan sejak dini, semakin awal semakin
baik. Apabila anak sudah dapat dengan jelas membedakan kebaikan dan keburukan,
tahap berikutnya adalah tumbuhkan rasa malu untuk melakukan kejahatan.
Kondisikanlah pikiran remaja punya rasa malu, merasa tidak pantas melakukan
pelanggaran peraturan masyarakat. Mengkondisikan munculnya rasa malu dapat
menggunakan cara seperti ketika orang tua mengenalkan pakaian kepada
anak-anaknya. Orang tua selalu berusaha memberikan pakaian yang layak untuk
anak-anaknya. Namun demikian, apabila suatu saat anak mengenakan pakaian dengan
tidak pantas atau mungkin tersingkap sedikit, orang tua segera membenahinya dan
mengatakan, menegaskan bahwa hal itu memalukan.
Sikap itu masih berkenaan dengan masalah pakaian fisik. Pakaian batin pun juga
demikian. Orang tua bila mengetahui bahwa anaknya melakukan suatu perbuatan
yang tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan. Kemudian orang
tua memberikan saran agar dia tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Bila
perbuata itu masih diulang, berilah sanksi. Berilah hukuman yang mendidik bila
perbuatan itu tetap diulang. Usahakan dengan berbagai cara, agar anak tidak
lagi mengulang perbuatan yang tidak baik itu.
2. Takut Akibat Perbuatan Jahat
Para remaja harus menumbuhkan rasa takut akibat perbuatan jahat. Remaja harus
tahu bahwa akibat perbuatan buruk akan berdampak pada remaja itu sendiri, orang
tua, keluarganya, serta lingkungannya. Menumbuhkembangkan perasaan malu dan
takut melakukan perbuatan yang tidak baik ataupun berbagai bentuk kejahatan
inilah yang akan menjadi pengawas setia dalam diri setiap orang, khususnya para
remaja. Selama dua puluh empat jam sehari, pengawas ini akan melaksanakan
tugasnya. Kemanapun si remaja pergi, ia akan selalu dapat mengingat dan
melaksanakan kedua hal sederhana ini. la akan selalu dapat menempatkan dirinya
sendiri dalam lingkungan apapun juga sehingga akan mampu membahagiakan dirinya
sendiri, orang tua dan lingkungannya. Orang tua sudah tidak akan merasa kuatir
lagi menghadapi anak-anaknya yang
beranjak remaja. Orang tua tidak akan ragu lagi menyongsong era globalisasi.
Orang tua merasa mantap dengan persiapan mental yang telah diberikan kepada
anak-anaknya.
Oleh karena itu, pendidikan anak di masa kecil yang sedemikian rumit tampaknya,
akan dapat
dinikmati hasilnya di hari tua.
Penutup
Remaja memang rawan dengan kenakalan. Kenakalan dapat datang dari berbagai
segi, baik dari segi pergaulan, pendidikan, pemanfaatan waktu luang,
penghargaan uang, dan perilaku seksual. Oleh karena itu, orang tua, masyarakat,
sekolah, dan remaja itu sendiri harus mampu mengendalikan diri untuk
menghindari berbuat negatif. Cara yang dilakukan, yaitu menumbuhkan rasa malu
berbuat jahat dan takut akibat perbuatan jahat.
Rujukan
Anindyarini, Atikah. 2008. Bahasa Indonesia: SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
“Cara Penulisan Daftar Pustaka”. Januari 2010.
http://skripsimahasiswa.blogspot.com/ diakses 19 Februari 2012.
Murniasih, Tri Retno dan Sunardi. 2008. Pelajaran bahasa Indonesia 3: untuk
SMP/MTs kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
“Teknik Penulisan Karya Ilmiah, Makalah, Tesis, Disertasi”. 2010.
http://www.kosmaext2010.com/ diakses 19 Februari 2012.
Di unduh dari
http://joko-suryanto.blogspot.com/2012/02/ragam-karya-ilmiah-sederhana-dan.html,
pada hari Senin, 18 Maret 2013, pukul 13.35 WIB.