Konflik dan Perang

1:08:00 pm Add Comment
Dalam sejarah manusia mendambakan dunia yang aman, damai, dan sejahtera. Setiap berakhirnya perang besar, dilakukan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya perang baru. Liga Bangsa-bangsa didirikan setelah Perang Dunia I, untuk menjaga perdamaian. Akan tetapi, situasi damai di Eropa hanya bertahan selama 20 tahun, kemudian disusul oleh perang yang lebih dahsyat lagi yaitu Perang Dunia II.
Di luar Eropa malahan sudah lebih dahulu terjadi peperangan dan sengketa bersenjata lainnya. Setelah Perang Dunia II selesai didirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun perang tidak pernah berhasil dihapus. Selama dua dasawarsa terakhir saja lebih dari 80 negara terlibat dalam peperangan dan kekerasan militer lainnya, di antaranya 58 negara di dunia ketiga (negara sedang berkembang/miskin) dengan perincian 29 negara tersebut terlibat dalam perang saudara (Civil War) dan 24 negara dalam perang antarnegara (seperti Burkina Faso - Mali 1983; Etiopia - Somalia-1988; Equador - Peru 1981-1986; Iran - Irak 1980 1978; Irak - Kuwait 1990; Libya - Tunisia 1980; Syria - Libanon-1977 1991). Malahan pada saat ini masih-1976; Kampuchea - Vietnam 1979 berkecamuk perang di Kamboja, Konggo; Somali, Sudan, Bosnia. Belum lagi gerakan-gerakan terorisme Internasional dan bentuk-bentuk sengketa bersenjata dalam negeri lainnya, bahkan juga di negara industri maju, seperti di Irlandia Utara, daerah Basque.
Mengutip Ivan S. Block (The Future War) yang menulis bahwa antara tahun 1496 SM sampai tahun 1861 SM, suatu kurun waktu selama 3357 tahun terdapat 227 tahun damai dan 3130 tahun perang. Dengan kata lain, untuk setiap 1 tahun damai terdapat 13 tahun perang. Melihat sejarah manusia itu dapat ditarik kesimpulan bahwa sejarah manusia adalah sejarah kekerasan bersenjata. Bahwa perang adalah keadaan yang normal dan keadaan damai malah menjadi keadaan yang tidak normal. Situasi damai hanya berlangsung selama terdapat suatu tata dunia yang cukup tegar dan efektif untuk menangkal perang, seperti misalnya kemampuan memberikan ganjaran setimpal atau lebih keras terhadap negara/ kekuatan yang melakukan perang/kekerasan militer.Menurut Quincy Wright (1941)  dalam bukunya A Study of War  Volume 1, menyatakan, penyebab perang (The Problem of War), yakni berikut ini.
1. Dunia yang mengerut (The Shrinking of the world)
Diakibatkan oleh kemajuan teknologi transportasi. Komunikasi antarmanusia menjadi lebih cepat dan manusia menjadi saling tergantung dalam bidang-bidang ekonomi, budaya serta politik. Orang menjadi lebih siaga menghadapi perang dan mudah terpengaruh akan adanya peperangan.
2. Percepatan jalannya sejarah (The acceleration of history)
Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi telekomunikasi menyebabkan ide dan pendapat umum/opini mempercepat perubahan sosial.
3. Pembaruan persenjataan angkatan perang (The progress of military invention)
Akibat kemajuan teknik persenjataan, perang menjadi total sasaran penghancuran tidak hanya instalasi militer, tetapi semua yang ada di wilayah negara.
4. Peningkatan demokrasi (The rise of democracy)
Peningkatan komunikasi, kecerdasan manusia, dan standar hidup menyebabkan kesadaran berbangsa dan bernegara meningkat.

Dalam kajian sejarah, konflik/peperangan banyak dipicu oleh masalah-masalah perekonomian dan klaim teritorial, yang berkembang ke masalah-masalah yang lebih luas. Henry E. Eccles membuat Spektrum konflik. Spektrum konflik yang bersifat dapat dikendalikan atau 14 bersifat tidak-10. Dari nomor 11-terkendali, yaitu dari nomor 1 11, dikatakan damai secara teknis,-terkendali. Kedudukan/status antara 1 14,-14, dinamakan perang panas, 4-10 dinamakan perang dingin, 9-6 perang ekonomi.
8-5 damai relatif, 6-2, dikatakan damai absolut, 3-Kondisi umum 1 14 perang tak-11, perang terbatas, dan 12-peningkatan ketegangan, 9 terbatas.

A. BENTUK-BENTUK PERSENGKETAAN

Persengketaan dapat kita lihat dari dua sudut pandang, yaitu persengketaan yang terjadi antarbangsa dari persengketaan yang terjadi di dalam negeri.

1. Persengketaan Antarbangsa
Tiap-tiap bangsa di dunia mempunyai suatu perangkat kepentingan nasional, kebudayaan, dan penangkapan/perasaan persepsi terhadap masalah yang dihadapi. 2. Persengketaan di Dalam Satu Bangsa/Negara
Di dalam interaksi sosial antara orang perorangan, perorangan dengan masyarakat lingkungannya maupun antara golongan masyarakat itu sendiri bertemu bermacam-macam kepentingan, kebudayaan, persepsi atau pendapat. Perbedaan atau pertentangan pendapat dapat menimbulkan persengketaan, apabila perbedaan atau pertentangan tersebut mengakibatkan pihak-pihak yang terlibat tidak mampu menerima kondisi lingkungan tempat mereka berada.
Perbedaan atau pertentangan yang bersifat tidak mendasar dapat diselesaikan melalui dialog, diskusi, seminar atau musyawarah untuk mencapai mufakat atau setidak-tidaknya konsensus, sebagai usaha meniadakan atau menjinakkan maupun meredakan persengketaan. Apabila penyelesaian perbedaan/pertentangan dengan cara ini menemui jalan buntu maka diadakan usaha-usaha penyelesaian melalui saluran hukum.
Perbedaan atau pertentangan kepentingan yang bersifat lebih mendasar yang pada umumnya menyangkut dasar negara, bentuk negara, dan tujuan negara, biasanya sulit dipertemukan. Persengketaan tentang hal ini dapat berjalan tanpa kekerasan, misalnya gerakan “swadeshi” almarhum Mahatma Gandhi di India. Namun, adakalanya persengketaan tentang dasar negara, bentuk negara, dan tujuan negara terpaksa harus diselesaikan dengan kekerasan senjata, misalnya Gerakan PKI Muso, gerakan DI TII,

B. HAKIKAT PERANG DAN PERANG DEWASA INI

1. Hakikat Perang
Perang menurut Clausewitz adalah suatu kelanjutan dari politik dengan cara-cara lain; pada hakikatnya perang adalah pertarungan antara dua kekuatan atau lebih yang saling bertentangan dengan menggunakan kekerasan bersenjata. Perang pada dewasa ini tidak lagi merupakan persoalan bagi pimpinan dan ahli-ahli perang saja, tetapi sudah menjadi persoalan seluruh rakyat, bahkan juga menyangkut kepentingan seluruh umat manusia. Adapun sebab-sebabnya adalah berikut ini.
a. Perubahan dalam sistem nilai dan moral.
b. Perkembangan teknologi perang dengan ditemukannya senjata-senjata mutakhir.
c. Tumbuhnya kesadaran nasional dan demokrasi.
d. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat, mempererat hubungan antarbangsa tanpa batas.
e. Pengalaman-pengalaman pada masa lampau sebagai akibat peperangan.
Sejarah telah membuktikan bahwa apabila “suatu negara ingin hidup damai maka ia harus mempersiapkan diri untuk berperang” (sivis pacem para bellum). Kesiapan untuk berperang dapat merupakan faktor pencegah (deterrent factor) terhadap usaha perang atau keinginan untuk berperang dari negara lain. Hal inilah yang mendorong adanya konsep keseimbangan kekuasaan (balance of power). Konsep keseimbangan kekuasaan sering merupakan dasar dari pembentukan aliansi-aliansi militer.
1. Masalah internal dan yurisdiksi dalam negeri: prinsip inti dalam hubungan internasional.
2. Prinsip “Masalah dalam Negeri” Mengalami Erosi
Sumber dan pola eskalasi ancaman
Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia:
1) Subversi dan Pemberontakan Dalam Negeri
2) Invasi dan subversi dari luar negeri

C. PERANG PEMBEBASAN NASIONAL

Perang pembebasan nasional ditimbulkan dan berkembang melalui kegiatan pemberontakan yang pada tingkatnya didahului oleh tindakan subversi.

Pengantar Sistem Pertahanan Keamanan Negara Indonesia
A. SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA, KHUSUSNYA DI BIDANG PERTAHANAN-KEAMANAN SEJAK TAHUN 1945

Penentuan sistem Pertahanan-Keamanan suatu negara dilakukan berdasarkan 3 kemungkinan/cara berikut ini.
1. Peniruan dari sistem pertahanan keamanan bangsa lain. Cara ini biasanya dilakukan oleh negara-negara yang menerima kemerdekaannya dari negara-negara yang telah menjajahnya dan hal ini mungkin kurang sesuai dengan situasi dan kondisi negara-negara yang bersangkutan
2. Pemilihan secara kebetulan dengan kemungkinan-kemungkinan kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya dari negara dan bangsa yang memilihnya.
3. Usaha suatu bangsa di bidang pertahanan keamanan berdasarkan falsafah, identitas, kondisi lingkungan, dan kemungkinan-kemungkinan kondisi yang mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup bangsa tersebut. Penentuan sistem ini yang dapat dikatakan yang paling tepat karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi bangsa yang bersangkutan.

1. Pengalaman menanggulangi ancaman dari luar atau yang lazim disebut dengan invasi, ialah ancaman dari pihak Belanda yang ingin menjajah Indonesia kembali. Pengalaman itu diperoleh dari dua kurun waktu.
a. 1947-Kurun waktu 1945
Oktober 1945 berdasarkan Civil Affair Agreement,-Pada bulan September Tentara Pendudukan Sekutu (Inggris) mendaratkan pasukan-pasukannya di kota-kota besar di seluruh Indonesia (Banjarmasin, Ujung Pandang, Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan).
Tugas pendudukan tentara sekutu tersebut ialah:
1) Melucuti bala tentara Jepang yang telah kalah perang dan telah menyerah.
2) Mengurus pengembalian tawanan perang sekutu yang ditawan oleh tentara Jepang (RAPWI = Repatriation Allied Prisoners of War and Interness).
3) Mengamankan pelaksanaan kedua tugas tersebut.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk menyelundupkan unsur-unsur alat penjajah Belanda (NICA: Netherland Indies Civiel Affrairs) dan akhirnya mendapatkan perlawanan patriotis dari bangsa Indonesia.
b. 1949-Kurun waktu 1948
Dengan adanya persetujuan Renville maka sekali lagi pihak Belanda mendapat kesempatan untuk berkonsolidasi dan menyusun kembali kekuatannya. Berdasarkan pengalaman pada serangan Belanda yang lalu maka Indonesia pun mengadakan persiapan-persiapan menghadapi segala kemungkinan, antara lain disusun kesatuan-kesatuan mobil dan kesatuan-kesatuan teritorial. Di samping itu dikeluarkanlah Perintah Siasat No. 1 oleh Panglima Besar RI (Jenderal Sudirman) pada tanggal 9 November 1948, yang isinya seperti berikut.
1) Perlawanan tidak secara linier.
2) Adakan bumi hangus.
3) Pembentukan perlawanan dan pemerintahan gerilya.
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengadakan serangan terhadap ibu kota RI yang selanjutnya kita kenal dengan Perang Kemerdekaan II. Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dan menawan presiden, wakil presiden, dan beberapa menteri. Setelah itu dilakukan perlawananan melalui Serangan Umum.  Sasaran-sasaran yang telah dicapai di dalam Serangan Umum ini ialah berikut ini.
1) Politik, memberi dukungan yang kuat kepada diplomasi RI di Dewan Keamanan PBB/dunia internasional.
2) Militer, menimbulkan kerugian/mematahkan moral pasukan Belanda.
3) Psikologi, rakyat daerah-daerah lain yang berjuang merasa bahwa ibu kota RI masih tetap dipertahankan sehingga memberikan semangat yang lebih tinggi kepada semua pasukan.

2. Pengalaman menanggulangi ancaman dari dalam, yang dapat berwujud pemberontakan atau subversi.
Jenis ancaman ini diawali dengan pemberontakan PKI/Muso atau Peristiwa Madiun tanggal 18 September 1948 pada waktu Indonesia sedang menghadapi Belanda. Kemudian menyusul peristiwa Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1949 di bawah pimpinan Kartosuwiryo di Jawa Barat, Kahar Muzakar (1958) di Sulawesi Selatan dan Daud Beureuh di Aceh (1952), peristiwa Andi Azis di Ujung Pandang, Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon/Seram. Selanjutnya, Pemerintah Revolusioner RI/Perjuangan Semesta (PRRI di Sumatera dan Permesta di Sulawesi tahun 1957), dan Pemberontakan G 30 S/PKI (1965).
3. Pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman-pengalaman perjuangan bersenjata.
a. Keteguhan hati rakyat untuk mempertahankan negara dan bangsa serta melawan musuh di mana-mana.
b. Kemampuan angkatan bersenjata untuk melaksanakan perang konvensional (sesuai dengan konvensi Jenewa) dan tidak kontroversial serta kemampuan menggunakan keadaan wilayah sebagai medan sebaik-baiknya.
c. Persatuan dan kerja sama yang seerat-eratnya antara rakyat dan angkatan bersenjata yang sekarang kita kenal dengan manunggalnya ABRI dan rakyat.
d. Kepemimpinan yang ulet dan tahan uji di semua tingkatan, yang cakap memberi inspirasi serta sekaligus mahir mengelola sumber-sumber kekuatan.

B. FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI SISTEM PERTAHANAN-KEAMANAN

Faktor-faktor tetap yang mempengaruhi suatu sistem pertahanan-keamanan adalah faktor lingkungan yang terdiri dari faktor geografi, sumber alam, dan demografi.

C. HAKIKAT, DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA RI

Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut.
1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan negara.
2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara yang dilandasi asas:
a. keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri;
b. keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan);
c. tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan asing.
3. Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu diusahakan dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan terakhir yang dilakukan dalam keadaan terpaksa.
4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung pengertian tidak agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventif-aktif yang mengandung pengertian sedini mungkin mengambil langkah dan tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap kemungkinan timbulnya ancaman.
5. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam membela serta mempertahankan kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan.

Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata)
Sishankamrata adalah suatu sistem pertahanan dan keamanan yang komponennya terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya pertahanan dan keamanan negara (tujuan Hankamneg) dalam mencapai tujuan nasional.
Sishankamrata bersifat semesta dalam konsep, semesta dalam ruang lingkup dan semesta dalam pelaksanaannya. Komponen kekuatannya terdiri dari berikut ini.
1. Komponen dasar, yaitu rakyat terlatih.
2. Komponen utama, yaitu ABRI dan cadangan TNI.
3. Komponen Perlindungan Masyarakat (Linmas).
4. Komponen pendukung, yaitu sumber daya dan prasarana nasional.

Pengalaman penyelenggaraan hankam menghasilkan berbagai doktrin pertahanan dan keamanan, yaitu doktrin perang gerilya rakyat semesta, doktrin perang wilayah, doktrin perang rakyat semesta dan doktrin pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
Sasaran operasi Hankamnas, yaitu mencegah dan menghancurkan serangan terbuka, menjamin penguasaan dan pembinaan wilayah nasional RI dan ikut serta memelihara kemampuan hankam Asia Tenggara bebas dari campur tangan asing.
Pola operasi Hankamrata, yaitu operasi pertahanan, operasi keamanan dalam negeri, operasi intelijen strategis dan pola operasi kerja sama pertahanan dan keamanan Asia Tenggara. Pola operasi pertahanan bertujuan untuk menggagalkan serangan dan ancaman nyata dari kekuatan perang musuh. Pola operasi keamanan dalam negeri bertujuan untuk memelihara atau mengembalikan kekuatan pemerintah/negara RI pada salah satu atau beberapa daerah (bagian wilayah) negara yang terganggu keamanannya.
Pola operasi intelijen strategis (Intelstrat) bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan strategi nasional dan operasi-operasi Hankam, menghancurkan sumber-sumber infiltrasi, subversi, dan spionase yang terdapat di wilayah musuh, dan mengadakan perang urat syaraf dan kegiatan-kegiatan tertutup lainnya untuk mewujudkan kondisi-kondisi strategis yang menguntungkan.
Pola operasi kerja sama, yaitu usaha bersama kemungkinan gangguan keamanan stabilitas nasional dan perdamaian khususnya di Asia Tenggara.

Upaya Penyelenggaraan Bela Negara dalam Kerangka Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta

Kelangsungan hidup bangsa dan negara (national survival) merupakan tanggung jawab (hak, kewajiban, dan kehormatan) setiap warga negara dan bangsa. Untuk itu, diperlukan pembinaan kesadaran, dan partisipasi setiap warga negara dalam upaya bela negara.
Persepsi tentang bela negara dihadapkan kepada tantangan/ancaman yang dihadapi secara kontekstual dalam periode waktu tertentu. Pada periode 1949 bela negara dipersepsikan identik dengan perang-tahun 1945 kemerdekaan. Hal ini berarti bahwa wujud partisipasi warga negara dalam pembelaan negara adalah keikutsertaan dalam perang kemerdekaan baik secara bersenjata maupun tidak bersenjata.
1965, bela negara dipersepsikan identik dengan upaya-Pada periode 1950 pertahanan dan keamanan yang dilaksanakan melalui komponen-komponen hankam, seperti ABRI, HANSIP, PERLA SUKWAN/ SUKWATI. Hal ini sejalan dengan kondisi tantangan dan ancaman yang kita hadapi pada periode itu, yaitu menghadapi pemberontakan di dalam negeri, peperangan Trikora, membebaskan Irian Barat (sekarang Irian Jaya) dan Dwikora.
Pada periode Orde Baru ATHG yang dihadapi lebih kompleks dan lebih luas daripada periode sebelumnya. ATHG tersebut dapat muncul dari segenap aspek kehidupan bangsa (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam). Oleh karena itu, dalam konteks ini bela negara dapat dilakukan dalam bidang-bidang kehidupan nasional tersebut dalam upaya mencapai tujuan nasional. Untuk itu, dikembangkan konsepsi tannas. Dalam hal ini, bela negara dapat dikatakan pula sebagai partisipasi warga negara dalam menciptakan dan membangun tannas di segenap aspek kehidupan bangsa.
Upaya bela negara sebagaimana dipersepsikan merupakan pengertian atau penafsiran yang cukup luas (segala aspek kehidupan bangsa). Dalam pengertian yang lebih sempit diartikan sebagai upaya pertahanan dan keamanan yang dilandasi oleh dasar negara Pancasila, UUD 1945 (Pasal 30 ayat (1) dan (2)) dan UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara disempurnakan dengan UU No. 3 Tahun 2000 tentang Pertahanan Negara
Wujud upaya bela negara dilakukan melalui pemberian kesadaran bela negara yang dilakukan sejak dini di sekolah dasar dan berlanjut sampai perguruan tinggi dan di luar sekolah melalui kegiatan pramuka dan organisasi sosial kemasyarakatan.
Di sekolah dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN), yang diintegrasikan ke dalam kurikulum; Pendidikan dasar dan menengah, sedangkan di pendidikan tinggi diwujudkan dalam mata kuliah Kewiraan (sekarang Kewarganegaraan). Di luar Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wujud bela negara dibakukan dalam bentuk Rakyat Terlatih, ABRI, Cadangan ABRI, dan Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang merupakan komponen khusus dalam Pertahanan dan Keamanan Negara.

Politik serta Strategi Pertahanan dan Keamanan
Dwi fungsi ABRI mengandung pengertian bahwa ABRI mengemban dua fungsi, yaitu fungsi sebagai kekuatan Hankam dan fungsi sebagai kekuatan sosial politik.
Fungsi sebagai kekuatan sosial politik hakikatnya adalah tekad dan semangat pengabdian ABRI untuk ikut secara aktif berperan serta bersama-sama dengan segenap kekuatan sosial politik lainnya memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan kedaulatannya.
Tujuannya ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamik di segenap aspek kehidupan bangsa dalam rangka memantapkan tannas untuk mewujudkan tujuan nasional berdasarkan Pancasila.
Lahirnya ABRI sebagai kekuatan sosial politik di Indonesia berangkat dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan RI. Pengalaman sejarah itu mengakibatkan bagaimana ABRI memandang dirinya yakni sebagai alat revolusi dan alat negara, juga sebagai pejuang yang terpanggil untuk memberikan jasanya kepada semua aspek kehidupan dan pembangunan bangsa. Keterlibatannya dalam memerankan fungsi sosial politik ini, didorong oleh kondisi internal (ABRI) dan kondisi eksternal termasuk lingkungan strategik internasional.
1949 (Agresi Militer Belanda II) pemimpin-pemimpin-Pada tahun 1948 politik ditangkap Belanda, peran ABRI menjadi meningkat. Pada tahun 1959 ketika pemimpin politik sipil juga tidak mampu mengatasi-1957 pemberontakan daerah, ABRI tampil menyelamatkan negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat pemberontakan G 30 S/PKI di mana kepemimpinan sipil gagal menyelamatkan Pancasila dari rongrongan Partai Komunis, lagi-lagi ABRI tampil di depan menyelamatkan Republik ini. Secara historis dan budaya dwi fungsi ABRI dapat diterima oleh rakyat Indonesia kendatipun harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat.
Peran serta politik tersebut semakin besar setelah penumpasan G 30 S/PKI sehingga memungkinkan ABRI turut menentukan kebijaksanaan nasional dalam pembangunan. Hal itu ditunjukkan oleh masuknya para perwira ABRI ke dalam berbagai bidang; lembaga pemerintahan, lembaga legislatif, lembaga ekonomi kemasyarakatan. Meskipun demikian tidak berarti militer menggantikan peranan sipil. Perluasan peran biasanya pada posisi-posisi kunci dengan cara penempatan (kekaryaan) dan yang diminta oleh lembaga instansi terkait, serta dengan memperhatikan perkembangan pembangunan dan kehidupan bangsa.
Luasnya penempatan personil militer tersebut pada instansi/lembaga pemerintahan dan lembaga masyarakat menimbulkan silang pendapat yang menuntut perlunya aktualisasi dwi fungsi ABRI (fungsi sospol) di masa depan.
Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan ini akan efektif apabila ada keseimbangan kepentingan, yaitu keharmonisan antara kepentingan militer dan kepentingan sipil. Konsensus selalu dapat dibuat atas dasar tidak satu pun pihak boleh mendominasi pihak yang lain. Kecurigaan terhadap golongan lain harus dihindari, kearifan harus ditumbuhkan agar konflik internal tentang hal ini tidak merebak menjadi perpecahan yang mengganggu tannas.
Runtuhnya rezim orde baru diganti dengan orde reformasi mengeliminasi peran TNI (militer) dalam negara secara bertahap. TNI diharapkan menjadi kekuatan, pertahanan yang profesional sebagaimana layaknya kekuatan pertahanan di negara-negara yang sudah maju untuk itu segala keperluannya harus didukung oleh pemerintah dan pengelolaan yang profesional.

Pendapat anda mengenai Wawasan Nusantara

1:04:00 pm Add Comment
Bagaimanakah pendapat anda mengenai Wawasan Nusantara?

Wawasan Nusantara merupakan cara pandang, cara melihat, cara meninjau bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya. Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan penjabaran dari Pancasila sebagai falsafah, pandangan hidup, ideologi dan dasar negara yang dilandasi oleh pengalaman sejarah, kondisi geografi dan sosial budaya serta pemikiran lingkungan strategik bangsa Indonesia, bagi bangsa Indonesia cara pandang itu menentukan  bagaimana bangsa Indonesia memandang diri dan lingkungannya dan bagaimana bangsa Indonesia memanfaatkan kondisi geografis sosial budaya dan strategiknya dalam mencapai tujuan Nasional dan menjamin kepentingan nasional.

Negara mempunyai kewenangan yang istimewa; membentuk angkatan bersenjata, lembaga peradilan, pemerintahan, parlemen, mencetak uang, menggunakan kekerasan di wilayah kedaulatannya. Negara ialah tatanan dari rakyat, wilayah yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintahan yang sah dan berdaulat.

Apa yang dimaksud dengan "negara dapat menggunakan kekerasan" dalam pernyataan diatas...jelaskan!

Syarat-syarat suatu negara, yaitu :

- Adanya pemerintah yang berdaulat

- Adanya wilayah

- Adanya warga negara

- Adanya pengakuan

Dalam melindungi dari ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan wilayah kedaulatannya suatu negara dapat menggunakan kekerasan, kekerasan di sini digunakan untuk melindungi wilayah kedaulatan suatu negara dan warga negaranya dari ancaman negara lain yang ingin menguasai wilayahnya, kekerasan juga digunakan untuk mengatasi gangguan dari pemberontak atau separatis yang ingin merongrong wilayah negara, kekerasan juga dapat digunakan untuk menjaga ketertiban masyarakat dari gangguan-gangguan kriminal.


Wujud dari Poltranas pada tahun 2014

12:59:00 pm Add Comment
Secara etimologis kata politik berasal dari bahasa Yunani Politeia, yang akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri. Politik merupakan rangkaian asas, prinsip, keadaaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang mencakup kepentingan seluruh warga negara. Sisi lain, politik dapat juga disebut proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat antara lain berwujud proses pembuatan keputusan dalam negara.

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang dapat diterjemahkan sebagai komandan militer. Dalam bahasa Indonesia strategi diartikan sebagai rencana jangka panjang dan disertai tindakan-tindakan konkret untuk mewujudkan sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya.

Politik nasional adah suatu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional bangsa. Sedangkan strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional. Dapat dikatakan bahwa strategi nasional disusun untuk mendukung terwujudnya politik nasional.

Polstranas disusun dengan memahami pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam sistem manajemen nasional yang berdasarkan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam manajemen nasional dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam penyusunan politik strategi nasional, karena di dalamnya terkandung dasar negara, cita-cita nasional dan konsep strategi bangsa Indonesia.

Saya akan mencoba menelaah politik strategi nasional Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono pada tahun 2014. Sesuai dengan pidato yang dipaparkan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Ruang Nusantara Gedung MPR/DPR/DPD, 16 Agustus 2013, pemerintah akan mengarahkan untuk mencapai dua belas sasaran utama (Polstranas) 2014, yaitu:
  1. Bidang pendidikan dengan cara peningkatan mutu, akses dan pemerataan pelayanan pendidikan yang bertujuan untuk mengakselarasi pembangunan sumber daya manusia, sekaligus memanfaatkan bonus demografi dan momentum 100 tahun Indonesia merdeka.
  2. Bidang kesehatan dengan cara peningkatan akses dan kualitas kesehatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di seluruh pelosok tanah air.
  3. Bidang pertahanan negara dengan cara memodernisasi dan meningkatkan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia yang bertujuan mempercepat pembangunan kekuatan dasar mimimum (Minimum Essential Forces/MEF) dan pengembangan industri pertahanan nasional dapat dicapai. Memenuhi fasilitas, sarana dan prasarana, serta peralatan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertujuan untuk peningkatan rasa aman dan ketertiban masyarakat dan kemampuan pengamanan di daerah hingga pelosok-pelosok.
  4. Pembangunan proyek infrastruktur berskala besar yang bertujuan meningkatkan kegiatan ekonomi dan sosial di tanah air, pembangunan infrastruktur tersebut diantaranya perluasan bandara dan pelabuhan berikut fasilitas pendukungnya, pembangunan jalan tol dan ruas rel ganda untuk konektivitas nasional, preservasi jembatan, pembangunan irigasi dan waduk, pembangunan rumah susun beserta infrastruktur pendukungnya.
  5. Bidang pertanian dengan cara meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dan mutu produk pertanian.
  6. Peningkatan kemandirian masyarakat pedesaan melalui Program Nasional Pembedayaan Masyarakat (PNPM)
  7. Memprioritaskan dan mendukung ketahanan energi, ketahanan pangan, dan keterhubungan domestik, serta upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
  8. Perbaikan kesejahteraan rakyat, peningkatan kualitas hidup masyarakat, penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial melalui program-program perlindungan sosial di sektor pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat seta mendukung kegiatan-kegiatan pencegahan, tanggap darurat, dan rehabilitasi dalam penanggulangan bencana.
  9. Alokasi anggaran belanja untuk belanja subsidi dan pembayaran bunga utang.
  10. Melaksanakan pesta demokrasi dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
  11. Menunjang penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, mempercepat pembangunan di daerah tertinggal, percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
  12. Mengupayakan penurunan rasio utang pemerintah terhadap PDB untuk menjaga struktur ketahanan fiskal nasional dan untuk mencapai kemandirian fiskal yang berkelanjutan.


Rangkuman Komunikasi Massa 1

12:49:00 pm Add Comment
Pengertian dan Karakteristik Komunikasi Massa

Pengertian Komunikasi Massa

Banyak definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi yang masing-masing merumuskan definisinya dengan menggunakan istilah yang berbeda untuk menunjuk pada ciri komunikasi massa yang sama. Tetapi keragaman istilah tersebut sesungguhnya semakin memperjelas pengertian serta luas lingkup komunikasi massa karena masing-masing definisi saling melengkapi satu sama lain.

Dari sekian banyak definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli maka rangkuman yang lebih tepat diketengahkan adalah definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat, yakni komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa berbeda dengan bentuk komunikasi antarpersona dan kelompok, baik dalam proses maupun dalam hal sifat-sifat komponennya. Karakteristik komunikasi massa adalah perwujudan dari kelebihan dan kekurangannya yang meliputi hal-hal berikut ini.
1. Komunikator terlembagakan karena dalam menyampaikan pesannya, komunikator harus bekerja sama dengan pihak-pihak yang ada pada lembaga media massa yang bersangkutan.
2. Pesan bersifat umum karena pesan ditujukan pada sebanyak-banyaknya orang, dan tidak ditujukan pada sekelompok orang tertentu; isi pesannya pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik bagi sebagian besar komunikan.
3. Komunikannya bersifat anonim dan heterogen karena komunikator tidak mengenal komunikannya yang berjumlah relatif banyak dan tersebar serta memiliki berbagai perbedaan (heterogen), seperti perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.
4. Media massa menimbulkan keserempakan karena pesan yang sama dapat diterima dalam waktu yang sama oleh sejumlah besar komunikan yang tersebar.
5. Komunikasi massa lebih mengutamakan unsur isi dari pada unsur hubungan karena komunikator dan komunikan hubungannya bersifat non-pribadi sehingga tidak perlu terjalin hubungan yang akrab. Namun, yang terpenting adalah pesan perlu disusun secara berstruktur dan mengikuti sistematika tertentu agar dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah sehingga feedback-nya bersifat tertunda (delayed).

Proses dan Model-model Komunikasi Massa


Kegiatan Belajar 1
Pengertian Proses Komunikasi Massa

Komunikasi merupakan suatu proses. Oleh karena itu, berlangsungnya komunikasi memerlukan beberapa komponen/unsur komunikasi. Komponen/unsur adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu kesatuan atau keseluruhan. Komponen-komponen tersebut, antara lain komunikator, pesan, media, komunikan, efek, dan umpan balik.
Proses komunikasi massa adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti, dilakukan melalui saluran/channel yang biasanya dikenal sebagai media printed (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film).
Untuk lebih memahami proses komunikasi massa secara sederhana, tetapi tidak menghilangkan arti sesungguhnya dari suatu proses yang sangat kompleks maka diketengahkan formula dari Harold D. Lasswell, yaitu Who - Say What - In Which - To Whom - With What Effect?
Konsep formula Lasswell tersebut dikaji melalui pendekatan linier sehingga dapat diketahui komponen-komponen dan jenis-jenis studi dari setiap komponen.

Kegiatan Belajar 2
Model-model Komunikasi Massa

Penelitian komunikasi dengan menggunakan media massa akhir-akhir ini mendapat perhatian yang serius, baik dari para teoretisi maupun dari para praktisi. Mereka melakukan penelitian-penelitian tentang pengaruh media massa terhadap berbagai kehidupan masyarakat. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa model komunikasi massa yang dapat menggambarkan struktur dari sebuah fenomena. Model-model komunikasi massa tersebut adalah sebagai berikut.
Model jarum hipodermik yang beranggapan bahwa media massa dapat menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung pada khalayaknya. Model komunikasi satu tahap yang merupakan pengembangan dari model jarum hipodermik. Model berikutnya adalah model komunikasi dua tahap yang memandang massa (khalayak) sebagai individu-individu yang aktif berinteraksi. Model banyak tahap ini merupakan gabungan dari model-model komunikasi massa yang lainnya. Model komunikasi banyak tahap menyatakan bahwa "lajunya komunikasi dari komunikator kepada komunikan terdapat sejumlah relay yang berganti-ganti".
Model komunikasi lain yang dibahas adalah model Melvin De Fleur, model Bruce Westley dan Malcolm McLean serta model HUB. Ada 3 metode utama yang dapat digunakan untuk mengukur kepemimpinan pemuka pendapat, yang sering dimanfaatkan dalam penelitian komunikasi, yakni socio-metric method, informant's rating, dan self designating method. Adapun karakteristik pemuka pendapat dapat dilihat dari:
1. pendidikan formalnya;
2. status sosial serta status ekonominya;
3. mempunyai kemampuan emphatic yang tinggi.

Untuk menemukan opinion leader/pemuka pendapat di tengah-tengah masyarakat, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Wilbur Schramm, yaitu revore study, decatur study, dan drug study.


Komunikator, Simbol, dan Makna


Kegiatan Belajar 1
Komunikator, Simbol, dan Makna

Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain, sedangkan pada media elektronik, komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program (rumah produksi), penulis naskah, produser, aktor, presenter, personel teknik, perusahaan periklanan, dan lain-lain.
Karakteristik komunikator komunikasi massa terdiri dari institutionalized, costliness, competitiveness, dan complexity. Sementara menurut Hovland, ethos komunikator itu dilihat dari credibility, yang terdiri dari expertise dan trustworthiness.
Komponen komunikasi massa setelah komunikator adalah code dan content. Code adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan, sedangkan content merujuk kepada pemberian makna (penafsiran) terhadap pesan komunikasi.

Kegiatan Belajar 2
Gatekeeper dan Regulator

Gatekeeper dalam media massa terdiri dari beberapa pihak, diantaranya penerbit majalah, editor surat kabar, manager stasiun radio siaran, produser berita televisi, produser film, dan lain-lain. Pada umumnya, stasiun televisi juga memiliki tim Quality Control (QC) untuk menyeleksi isi pesan komunikasi. Stasiun televisi Anteve mempunyai tim QC lebih dari 10 orang. Mereka bertugas secara bergilir selama 24 jam untuk menyeleksi pesan terutama yang berbentuk film dan sinetron. Fungsi gatekeeper adalah untuk mengevaluasi isi media agar sesuai dengan kebutuhan khalayaknya. Yang terpenting adalah gatekeeper mempunyai wewenang untuk tidak memuat berita yang dianggap akan meresahkan khalayak. Sebagai contoh, yaitu seorang gatekeeper tidak akan menurunkan berita yang mengundang SARA.
Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper, namun regulator bekerja di luar institusi media yang menghasilkan berita. Regulator dapat menghentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, tetapi ia tidak dapat menambah atau mengurangi informasi, dan bentuknya hampir seperti sensor.
Sementara di Indonesia, yang termasuk kategori regulator diantaranya adalah pemerintah dengan perangkat undang-undangnya, khalayak penonton, pembaca, pendengar, asosiasi profesi, Lembaga Sensor Film, Dewan Pers yang mengatur media cetak, dan Komite Penyiaran Indonesia (KPI) untuk media elektronik. Undang-undang produk pemerintah di Indonesia untuk media massa diantaranya adalah Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Undang-undang Penyiaran. Asosiasi profesi memberikan regulasi berupa kode etik sesuai dengan profesi masing-masing.

Kegiatan Belajar 3
Khalayak, Filter, dan Umpan Balik

Melvin DeFleur dalam bukunya, Theories of Mass Communication mengemukakan 4 teori efek media terhadap khalayaknya.
1. The individual differences theory.
2. The social categories theory.
3. The social relationship theory.
4. The cultural norm theory.

Lima karakteristik khalayak komunikasi massa adalah berikut ini.
1. Khalayak biasanya terdiri atas individu-individu yang memiliki pengalaman yang sama.
2. Khalayak berjumlah banyak.
3. Khalayak bersifat heterogen.
4. Khalayak bersifat anonim.
5. Khalayak biasanya tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu.

Filter boleh juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “saringan”. Pengindraan kita yang berfungsi sebagai filter komunikasi dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu cultural, psychological, dan physical.
Sering kali, perbedaan budaya mengakibatkan adanya perbedaan persepsi terhadap suatu pesan. Kita pun membentuk persepsi berdasarkan kerangka acuan (frame of reference) kita, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Hal lain yang dapat memengaruhi filter adalah kondisi fisik. Rasa sakit dapat memengaruhi pengindraan kita sehingga penglihatan dan pendengaran kita sedikit terganggu. Ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin atau terlalu bising, juga dapat mengganggu penyaringan pesan.
Feedback adalah respons atau tanggapan yang diberikan khalayak kepada komunikan komunikasi massa. Beberapa karakteristik feedback adalah representatif (representative), tidak langsung (indirect), tertunda (delayed), kumulatif (cumulative), dan terlembagakan (institutionalized).



Pengertian dari Sosiologi

8:38:00 am Add Comment
Apa itu sosiologi ?
• Sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang mempunyai arti kawan/teman, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan/pikiran.
• ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pergaulan hidup socius dengan socius atau teman dengan teman, yaitu hubungan antara seorang dengan seorang, perseorangan dengan golongan, atau golongan dengan golongan
• ilmu yang mempelajari tentang masyarakat manusia dan tingkah laku manusia di beberapa kelompok yang membentuk masyarakat
• dianggap sebagai ilmu yang tidak mudah karena obyeknya yang berupa masyarakat bersifat abstrak.
• tidak mudah untuk merumuskan masalah sosiologis, karena dalam sosiologi sering kali tidak kita jumpai adanya kata-kata ‘ada’ dan ‘pasti’.
• sangat sulit untuk bisa menjaga objektivitas kajian sosiologi, karena peneliti/pengamat berada di dalam subyek kajiannya. Bias-bias subjektivitas peneliti dalam melakukan pengamatan, penafsiran, dan analisis atas suatu fenomena sosial sangat mungkin sekali terjadi.

Sosiologi itu adalah
• merupakan hidup bermasyarakat dalam arti yang luas,
• perkembangan masyarakat di dalam segala aspeknya,
• hubungan antarmanusia dengan manusia lainnya dalam segala aspeknya
Apa itu individu ?
• Dalam kajian sosiologi, individu berstatus sebagai anggota masyarakat, karena kumpulan dari sejumlah individu yang mengadakan hubungan sosial tersebut yang membentuk masyarakat.
• individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sosialnya

Apa itu masyarakat ?
• setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu
• kelompok manusia terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.

Karakteristik masyarakat:
• terdiri dari beberapa individu,
• saling berinteraksi,
• dalam jangka waktu yang relatif lama,
• menimbulkan perasaan kebersamaan.

Kajian tentang hubungan individu dan masyarakat :
• individu mempunyai kedudukan yang lebih dominan daripada masyarakat.
• masyarakat mempunyai kedudukan yang lebih dominan daripada individu.
• terdapat saling ketergantungan antara individu dan masyarakat.

Pengertian dari Interaksi Sosial

8:36:00 am Add Comment
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu

Interaksi merupakan tempat terbentuknya suatu makna, di mana makna ini didapat atau diketahui dari hasil kita berhubungan dengan orang lain. Bila individu yang melakukan hubungan memiliki nilai yang berbeda terhadap sesuatu atau simbol maka makna dapat berubah, perubahan makna terjadi melalui proses penafsiran dari interaksi sosial.

Apa yang diperlukan untuk terjadinya suatu interaksi sosial. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan terjadi komunikasi.

• Kontak Sosial

Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial. Kontak sosial dapat terjadi meskipun seorang individu tidak berjumpa dengan individu lain, melainkan menggunakan perantara seperti dengan menggunakan salah satu alat telekomunikasi, misalnya telepon.

• Komunikasi

Arti penting dari komunikasi adalah pemberian tafsiran atas penyampaian informasi oleh orang lain. Informasi yang disampaikan dapat berbentuk pembicaraan, gerak tubuh atau sikap. Setelah menafsirkan, orang tersebut kemudian memberikan reaksi

Bentuk-bentuk interaksi tidak dapat dilepaskan dari proses yang menyertainya.

• Proses assosiatif

proses interaksi yang lebih mengarah ke arah bersatunya dua individu atau kelompok dalam mencapai tujuan tertentu.

-. Kerjasama : Kerja sama ini timbul karena orientasi setiap individu ditujukan pada kelompoknya (in-groupnya) dan kelompok lainnya (out-group) dalam mencapai tujuan.

-. Akomodasi : usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan. usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan.

-. Asimilasi : pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok

• Proses diasosiatif

proses yang menuju ke arah perpecahan

-. Persaingan : suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan.

-. Kontravensi : bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Yang ditandai oleh gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, serta kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.

-. Konflik : proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.

Salah satu bentuk pendekatan dalam mempelajari interaksi sosial adalah pendekatan dramaturgy. Pendekatan dari Erving Goffman ini menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi sosial. Fakta subyektif dari interaksi sosial adalah fakta yang memperlihatkan ciri setiap individu sedangkan fakta obyektif adalah fakta yang memperlihatkan nilai dan norma dalam masyarakat. Setiap interaksi sosial menurut pendekatan ini sama halnya dengan panggung teater.

Perilaku Menyimpang dalam Masyarakat

8:33:00 am Add Comment
Dalam hidup bermasyarakat setiap individu diharapkn untuk selalu berperilaku yang konformis yg perilaku yg sesuai dg perilaku yg diharapkn oleh masyarakat. Ketika seseorang tidak berperilaku sesuai dg harapan masyarakat maka ia di cap memiliki perilaku yg menyimpang .

Topik tentang perilaku menyimpang adalah topik yg banyak mengundang perdebatan di masyarakat, dlm hal menentukan mana perilaku yg dianggap menyimpang, menentukan perilaku mana yg perlu dihukum, siapa pihak yang menentukan dll. Perilaku yang dianggap normal di satu masyarakat mungkin akan dianggap menyimpang pd masyarakat yg lain. Jadi adanya perbedaan dalam nilai yg dianut adalah sumber dari adanya perbedaan dlm pendefinisian tentang penyimpangan.

Pada umumnya orang berpendapat bahwa perilaku menyimpang ialah suatu perilaku yang buruk, karena perilaku tsb dpt menimbulkan masalah sosial. Pandangan tsb diberikan lebih dikarenakan akibat negatif yg ditimbulkan oleh perilaku menyimpang dan para ahli menyebutnya dg konsep disfungsi. Tetapi perilaku menyimpang juga mempunyai konsekuensi positif bagi kehidupan sosial & hal tsb disebut dg fungsi, dimana banyak orang yg menyimpang dari norma yg kemudian malah menciptakan kesempatan untuk mereka untuk diakui identitas & pekerjaan menyimpangnya. Fungsi dari perilaku menyimpang antara lain menghasilkan konformitas, memperkuat ikatan kelompok & menyebabkan adanya perubahan.

Apapun konsekuensi sosial suatu perilaku menyimpang apakah difungsional maupun fungsional, perilaku meyimpang bukanlah sesuatu yg mempunyai makna baik atau buruk. Tetapi lebih mengarah pada konsekuensi dari terjadinya perilaku menyimpang, ada yg mengarah pada stabilitas, pemeliharaan & kelancaran sistem tetapi ada pula yg mengarah terjadinya disorganisasi sosial . Apapun kasusnya perilaku menyimpang adalah sesuatu yg tidak dpt terhindarkan kejadiannya di dlm masyarakat.

Relativisme budaya berasumsi bahwa perilaku, ide & suatu produk dpt dimengerti dalam konteks budaya & masyarakat dimana perilaku, ide & produk tersebut bagian dari sistem tersebut. Pandangan relativisme melihat bahwa penyimpangan dpt diinterpertasi hanya dlm konteks sosio kultural dimana penyimpangan tersebut terjadi. Misalnya membunuh bukan suatu perilaku menyimpang bila terjadi dlm situasi perang, tetapi akn menjadi perilaku menyimpang jika dilakukn oleh seorang anak terhadap temannya di sekolah.

Subkultur perilaku menyimpang muncul ketika orang yg menyimpang membentuk komunitas sendiri dengan norma dan nilai mereka sendiri. Subkultur perilaku menyimpang tersebut akan menjaga mereka tetap dlm suatu lingkungan dlm berhubungan dgn orang yg “normal” dimasyarakat. Mungkin Anda seringkali melihat bahwa para pengemis, anak jalann, penjahat ataupun pemulung sebenarnya punya komunitas sendiri dgn sesama pelaku menyimpang lainnya dimana mereka bisa saling bebas berinteraksi, tanpa harus takut ataupun canggung satu dgnlainnya karena nilai & norma yg dianutpun akan cenderung sama, meskipun masyarakat akan melihat bahwa komunitas mereka menyimpang.

Subkultur perilaku menyimpang akan meliputi sistem nilai, perilaku, sikap & gaya hidup yg berlawanan dgn budaya yg dominan dlm masyarakat dimana subkultur itu berada (Kornblum; 2000; 199). Anggota subkultur merupakan bagian dr anggota masyarakat secara keseluruhan, mereka jg mempunyai keluarga, teman diluar subkultur mereka sendiri. Subkultur pengguna & pemasok narkoba menyediakan cara-cara dimana orang-orang yg terlibat dalam aktivitas perilaku menyimpang biasanya mengembangkan bahasa & norma mereka sendiri. Banyak kata-kata tertentu yg hanya diketahui artinya oleh sesama anggota dlm subkultur tersebut.

Suatu tindakan yg dinyatakan tidak menyimpang dlm satu situasi tidak berarti bahwa tidak menyimpang pula di tempat lain. Jadi penyimpangan tdk hanya terdiri dari serangkaian tindakan saja tetapi jg respon kelompok, definisi & makna yang melekat pada perilaku tersebut, sehingga definisi penyimpangan dpt bervariasi tergantung situasi. Hal-hal yg mempengaruhi pada pendefinisian perilaku menyimpang yg berbeda berkaitan dgn waktu, tempat, situasi & status sosial






Konsep Perubahan Sosial

8:33:00 am Add Comment
Pengertian perubahan sosial
• suatu perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat.
• suatu variasi atau sesuatu yang lain yang timbul dari cara-cara hidup yang telah diterima
• adanya faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kehidupan manusia
• mencakup semua aspek perubahan dalam lembaga suatu masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem sosial termasuk nilai, sikap dan pola perilaku kelompok dalam masyarakat

Terdapat beberapa faktor (eksternal maupun internal) yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan baik dalam ukuran yang paling kecil yaitu perilaku kita ataupun dalam ukuran yang lebih luas yaitu struktur dan budaya masyarakat.
• Perubahan kependudukan
Berkaitan dengan perubahan komposisi penduduk, distribusi penduduk termasuk pula perubahan jumlah , yang semua itu dapat berpengaruh pada budaya dan struktur sosial masyarakat
• Penemuan
Pengaruh yang ditimbulkan penemuan dapat muncul dalam tiga bentuk: penemuan baru tidak hanya terbatas pada satu bidang saja melainkan meluas pada bidang lainnya; perubahan yang menyebar dari satu aspek ke aspek lainnya; dan perubahan pada beberapa bidang dapat menyebabkan satu jenis perubahan.
• Konflik
Konflik atau pertentangan dalam masyarakat dapat mengarah pada perubahan yang dianggap membawa kebaikan atau bahkan membawa suatu malapetaka
• Lingkungan
Manusia secara fisik tinggal di lingkungan dengan segala habitat yang ada didalamnya, sehingga jika kita ingin tetap hidup maka kita harus dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar kita.
• Perang
Perubahan dapat disebabkan kondisi perang dengan masyarakat atau negara lain atau dengan kata lain konflik dengan kelompok diluar masyarakat merupakan faktor eksternal dari sumber perubahan sosial
• Pengaruh kebudayaan lain
Suatu budaya dapat diterima dengan sukarela maupun dengan pemaksaan. Pertemuan dua budaya mungkin tidak akan terjadi saling mempengaruhi , karena keduanya saling menolak

Faktor pendorong dalam perubahan sosial merupakan faktor yang dapat mempercepat terjadinya suatu perubahan atau bahkan membuat perubahan tersebut dapat cepat diterima oleh suatu masyarakat. Faktor-faktor pendorong ini dapat berbentuk kontak dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta orientasi masyarakat ke masa depan.

Suatu proses perubahan sosial tidak selalu dapat diterima oleh seluruh anggota masyarakat. Dengan demikian faktor yang cenderung dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan di masyarakat atau memperlambat proses penerimaan masyarakat terhadap suatu perubahan dapat dikategorikan sebagai faktor penghambat.
• Sistem masyarakat yang tertutup
masyarakat yang tertutup kehidupannya akan cenderung terpenjara oleh pola-pola pemikiran yang tradisional
• Adanya kepentingan-kepentingan tertentu
Dalam setiap lapisan sosial selalu terdapat sekelompok kecil orang yang ingin tetap memegang kekuasaan terhadap masyarakat sehingga setiap perubahan sosial yang terjadi akan dianggap dapat membahayakan dan mengancam kedudukan mereka
• Prasangka terhadap hal-hal yang baru
Pada umumnya prasangka tersebut muncul ketika hal yang baru itu dianggap bertentangan dengan nilai lama, sehingga mereka curiga jika hal yang baru tersebut menyebabkan kehidupan mereka selama ini menjadi kacau atau malah menimbulkan konflik antar anggota masyarakat itu sendiri.
• Adat
Adat atau kebiasaan seperti dalam sistem kepercayaan, cara berpakaian tertentu serta sistem mata pencaharian, cenderung sangat kokoh untuk tertanam dalam masyarakat sehingga sukar untuk diubah.

Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut, bahkan suatu penemuan tekhnologi baru-pun dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak perubahan sosial pada masyarakat dapat meliputi antara lain adanya disorganisasi dan reorganisasi sosial , perkembangan tekhnologi serta ketertinggalan budaya atau cultural lag.


Konsep Institusi Sosial

8:32:00 am Add Comment
Institusi sosial berkaitan erat dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhannya, di mana untuk itu individu berusaha membentuk dan mengembangkan serangkaian hubungan sosial dengan individu lainnya. Serangkaian hubungan sosial tersebut terlaksana menurut pola-pola tertentu. Pola resmi dari suatu hubungan sosial ini terjadi di dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem institusi sosial

Institusi sosial ini bersifat dinamis. Institusi sosial yang ada di masyarakat bisa hilang atau bertambah sesuai dengan perkembangan kebutuhan yang ada di masyarakat. Bisa terjadi pengalihan fungsi dari institusi sosial yang satu pada institusi sosial lainnya. Pengalihan fungsi ini terjadi apabila:

• institusi sosial tersebut tidak lagi berhasil memenuhi kebutuhan yang harus diberikan,

• dua atau lebih institusi sosial mampu memenuhi suatu kebutuhan tertentu, tetapi tetap ada salah satu di antara institusi-institusi sosial tersebut yang mempunyai kemampuan paling tinggi

Institusi sosial terbentuk terutama untuk memenuhi satu masalah/kebutuhan pokok dari kehidupan sosial, tetapi institusi sosial memberi sumbangan yang besar bagi kehidupan masyarakat. Institusi sosial merupakan unsur-unsur utama yang membentuk masyarakat. Ternyata terdapat unsur persaingan yang ketat di antara institusi-institusi sosial tersebut. Hal ini dikarenakan adanya fungsi yang dapat dilakukan oleh beberapa institusi sosial, sehingga institusi-institusi sosial tersebut akan saling bersaing dalam melaksanakan fungsi tersebut.

Pada umumnya institusi sosial memiliki banyak karakteristik, tetapi terdapat tiga karakteristik pokok yaitu simbol kebudayaan, tata krama perilaku, dan ideologi.



Konsep Hubungan Antar Kelompok

8:32:00 am Add Comment
Hubungan antar kelompok (intergroup relations) secara umum diartikan sebagai hubungan antara dua kelompok atau lebih yang mempunyai ciri khusus. Terdapat enam dimensi yang mendasari hubungan antara kelompok mayoritas dan kelompok minoritas.
• Dimensi sejarah mengarah pada proses tumbuh dan berkembangnya hubungan sosial antar kelompok
• Dimensi sikap yang terkait dengan bagaimana sikap anggota suatu kelompok terhadap kelompok lainnya. Hal ini biasanya menyangkut masalah stereotipe dan prasangka. Stereotipe mengacu pada suatu citra yang kaku mengenai suatu kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. Prasangka lebih mengarah pada sikap bermusuhan yang ditujukan kepada suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan.
• Dimensi gerakan sosial melihat pada gerakan sosial yang sering dilancarkan oleh suatu kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lainnya.
• Dimensi perilaku menyangkut perilaku anggota suatu kelompok terhadap anggota kelompok yang lain. Hal ini menyangkut antara lain perilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak sosial. Diskriminisa berkaitan dengan memperlakukan rasial, etnik, dan minoritas lainnya, secara tidak semestinya, tidak adil, menghakimi mereka berdasarkan kriteria yang tidak relevan.
• Dimensi institusi yang mendasari hubungan antar kelompok meliputi institusi yang ada dalam masyarakat seperti institusi sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain yang dapat memperkuat pengendalian sosial, sikap dan hubungan antar kelompok

Pembentukan dan pengembangan hubungan sosial antar kelompok antara lain juga dipengaruhi oleh faktor ras, etnisitas, jenis kelamin, dan usia
• Dalam kajian sosiologi konsep ras ini berhubungan dengan stratifikasi sosial dan ketidaksamaan. Terdapat karakter ganda yang digunakan untuk menetapkan ras, yaitu berdasarkan ciri-ciri fisik dan biologis, dan ciri-ciri sosial dan budaya. Orang yang lahir dengan ciri-ciri fisik tertentu akan dihubungkan dengan harapan peran serta kedudukan dalam dimensi kekuasaan, prestise dan privilege tertentu. Sedangkan secara sosial, ras dibedakan berdasarkan kelas sosial yang ditempati oleh suatu kelompok.
• Kelompok etnis diartikan sebagai serangkaian orang yang berbagi budaya umum, atau subkultur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Etnisitas merupakan dasar bagi terbentuknya identitas
• Kategori kelompok sosial berdasarkan jenis kelamin mengakibatkan munculnya stratifikasi sosial yang menempatkan kelompok laki-laki berada pada posisi dominan sedangkan kelompok perempuan berada pada posisi subordinat, atau sebaliknya. Hubungan sosial yang tumbuh dan berkembang di antara kedua kelompok tersebut didasarkan pada anggapan bahwa perbedaan jenis kelamin yang dibawa sejak lahir terkait dengan status dan peran sosial
• Di dalam masyarakat terdapat norma-norma yang mengatur hubungan sosial antara kelompok orang yang berusia tua dengan kelompok orang yang berusia muda. Hubungan sosial yang terjalin di antara kelompok-kelompok ini berhubungan dengan kekuasaan, di mana kelompok dari orang-orang yang berusia muda menempati status yang rendah sedangkan kelompok dari orang-orang yang berusia tua menempati status yang tinggi.

Konsep Stratifikasi Sosial

8:31:00 am Add Comment
Konsep stratifikasi sosial adalah suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Pembedaan tersebut dilihat secara vertikal atau berjenjang. Pembedaan secara vertikal di sini maksudnya adalah akan ada individu yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan ada yang memiliki kedudukan lebih rendah. Pembedaan ini terjadi karena ada status berbeda yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Status ini diberikan oleh masyarakat berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Nilai yang dianggap tinggi oleh masyarakat akan tercermin dalam status yang tinggi dan sebaliknya nilai yang dianggap rendah akan tercermin dalam status yang rendah

Bagaimana status dapat dimiliki oleh setiap anggota masyarakat? Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat begitu saja atau yang disebut dengan (ascribed status).

Setiap anggota masyarakat akan ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial atau strata berdasarkan kualitas yang dimiliki. Bila masyarakat menilai kualitas yang dimiliki oleh seorang anggota masyarakat rendah maka orang tersebut akan ditempatkan pada kelas yang rendah namun sebaliknya bila masyarakat menganggap kualitas yang dimilikinya tinggi maka masyarakat akan menempatkan orang itu pada kelas yang tinggi. Apakah hal ini berlaku sama dalam semua masyarakat ? Tentu tidak karena hal ini sangat terkait dengan nilai yang dianut oleh masyarakat.

Stratifikasi muncul dalam suatu masyarakat sangat terkait dengan nilai penghargaan terhadap sesuatu. Ketika dalam masyarakat ada sesuatu yang lebih dihargai dibandingkan yang lainnya maka saat itu pula akan muncul stratifikasi sosial.

Perpindahan anggota masyarakat dari satu strata ke strata lainnya dalam stratifikasi sosial kita kenal sebagai konsep mobilitas sosial. Terbagi atas mobilitas vertikal, merupakan pergerakan atau perpindahan status anggota masyarakat dari satu strata ke strata lainnya; dan mobilitas horisontal yang mengacu perpindahan individu di dalam satu lapisan strata.

Privilege, prestise dan power merupakan tiga dimensi yang dipergunakan oleh sebagian para sosiolog dalam menjelaskan stratifikasi sosial.

• Privilege berkaitan dengan kekayaaan atau ekonomi dari individu atau kelompok tertentu dalam suatu masyarakat. Faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur privilege ini diantaranya adalah pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan kepemilikan.

• Prestise berkaitan dengan nilai-nilai kehormatan yang diyakini oleh suatu masyarakat dalam memandang hal tertentu yang melekat pada individu atau sekelompok orang. Pengukuran dimensi prestise ini sangat berkaitan dengan budaya suatu masyarakat

• power berkaitan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh individu atau sekelompok orang. Berbicara mengenai kekuasaan tentu saja sangat berkaitan dengan kekuatan yang dapat mempengaruhi orang lain.

Apa arti dari Sosialisasi

8:31:00 am Add Comment
Ada beberapa pengertian dari sosialisasi antara lain
• proses dimana seorang anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan kebudayaan masyarakat dimana ia berada
• proses dimana seorang individu akan memperoleh pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat
• proses perkembangan seorang anak yang baru lahir untuk menjadi seorang individu.

Pada dasarnya proses sosialisasi mempunyai makna sebagai suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang menghayati atau menginternalisasi norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan tidak akan ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.

Seorang individu harus mengupayakan terjadinya tiga hal sebagai berikut agar proses sosialisasi dialaminya dapat berjalan dengan lancar
• individu harus memahami apa yang diharapkan oleh masyarakat dari dirinya.
• individu harus mengembangkan kemampuan untuk dapat memenuhi peran yang diharapkan.
• individu mengembangkan keinginan untuk berperilaku konform

Terdapat berbagai agen sosialisasi tergantunng pada dimana posisi individu tersebut dalam siklus kehidupannya.
1. Keluarga
• dalam sosialisasi primer keluarga dianggap sebagai agen yang utama
• keluarga merupakan perantara antara masyarakat dengan anak itu sendiri, karena untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat
• Keluarga antara lain akan menentukan kelas sosial, kelompok etnik serta agama dari si anak
2. Kelompok sebaya
• anak akan belajar berinteraksi dengan mereka yang sederajat dalam hal usia
• anak belajar tentang pengaturan peran orang-orang yang berkedudukan sederajat.
• individu memperoleh identitas dirinya serta mereka susah untuk berprilaku yang menyimpang dari norma dan nilai peer group-nya.
3. Sekolah
• mengajarkan bagaimana cara murid i mengembangkan dirinya, mengevaluasi pretasi murid melalui kompetisi, mendisiplinkan murid dan hal lainnya yang dianggap perlu bagi anak-anak untuk memperoleh sukses dalam masyarakat yang semakin didominasi oleh persaingan antar individu.
• mengajarkan tentang pekerjaan-pekerjaan yang mungkin akan dikerjakan murid tersebut ketika mereka dewasa
• hal-hal yang dipelajari dan dipahami oleh anak didik mencakup aspek kemandirian, prestasi, universalisme dan spesifitas
4. Media Massa
• merupakan alat efektif untuk menyampaikan pesan yang dapat menjangkau sejumlah besar khalayak dan tidak dibatasi oleh wilayah geografis.
• Pesan-pesan yang disampaikan oleh media dapat membentuk sikap pada penerima pesan, baik itu sikap yang pro atau kontra terhadap pesan yang disampaikan

Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai pola
1. Pola sosialisasi represif : menekankan pada penggunaan hukuman; memakai materi dalam hukuman dan imbalan ; kepatuhan anak pada orang tua; komunikasi satu arah, non verbal dan berisi perintah; orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting; keluarga menjadi significant others
2. Pola sosialisasi partisipatoris : individu diberi imbalan jika berkelakuan baik; hukuman dan imbalan bersifat simbolik; anak diberi kebebasan; penekanan pada interaksi; komunikasi terjadi secara lisan; anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting; keluarga menjadi generalized others.

Sosialisasi memainkan peran penting dalam menentukan perilaku apa yang dipercaya oleh anak-anak yang dianggap dapat diterima oleh masyarakat berkaitan dengan jenis kelamin mereka. Hal tersebut berkaitan dengan sosialisasi tentang gender. Studi tentang gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas atau feminitas dari seseorang , berbeda dengan studi seks yang lebih menekankan pada aspek anatomi biologi dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness).

Sosialisasi gender mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh masyarakat dalam mempelajari identitas gender dan berkembang menurut norma budaya tentang laki-laki dan perempuan. Sedangkan pemahaman yang dimiliki seseorang tentang identitas gender-nya mengacu pada perasaan yang dimiliki seseorang tentang apakah ia laki-laki atau perempuan , atau anak laki-laki atau anak perempuan . Pemahaman kita tentang makna menjadi laki-laki atau perempuan akan berbeda dengan pemahaman tentang defenisi biologis laki-laki dan perempuan. Pemahaman tersebut dibentuk oleh nilai dan proses sosialisasi dari budaya kita, ketika ia menjadi bagian dari diri kita, maka biasanya pengaruhnya akan sangat kuat.

Anak laki-laki diharapkan oleh nilai-nilai budaya untuk lebih agresif, atletis, berkonsentrasi terutama pada karir, melaksanakan tugas yang mengarah pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dan dalam sosiologi karakteristik dari laki-laki tersebut dinyatakan dengan instrumental role. Sedangkan perempuan diharapkan lebih perasa, lebih ekspresive dan lebih emosional, yang secara sosiologis disebut dengan expressive role.

Bentuk-Bentuk Media Massa

4:22:00 am Add Comment
A. Surat Kabar
        Secara kontemporer surat kabar memiliki 3 fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama surat kabar adalah (1) to inform, memberikan informasi  (2) to comment, mengomentari berita dan (3) to provide, menyediakan keperluan informasi dari pembaca. Sedangkan fungsi sekunder adalah untuk (1) kampanye proyek yang bersifat kemasyarakatan, (2) memberikan hiburan, (3) melayani pembaca. Dari fungsi media massa tersebut, fungsi yang paling menonjol adalah fungsi informasi.
        Seorang komunikator yang akan menyampaikan pesan pada surat kabar harus memiliki pengetahuan tentang karakteristik surat kabar. Karakteristik tersebut adalah Publisitas (publicity), Periodesitas, Universalitas, Aktualitas danTerdokmentasikan. Surat kabar dikategorikan menurut ruang lingkup, bentuk dan bahasa yang digunakan.
B.  Majalah
        Majalah membentuk segmentasi baru pada publik karena majalah memberikan informasi khusus yang dibedakan menurut jenis majalah tersebut. Fungsi dari majalah sama dengan fungsi surat kabar namun untuk fungsi yang lebih spesifik tergantung pada jenis majalah tersebut. Karakteristik khusus yang membedakan majalah dari surat kabar adalah (1) majalah memiliki penyajian yang lebih dalam, (2) nilai aktualitas majalah lebih lama, (3) majalah dilengkapi dengan gambar dan foto yang lebih banyak sehingga lebih menarik, (4) cover atau sampul majalah menjadi daya tarik tersendiri.
C.  Radio Siaran
          Salah satu keunggulan radio siaran dibanding dengan media lain adalah kemampuannya untuk dapat dinikmati kapan dan dimana saja. Selain sebagai sarana hiburan, radio siaran juga memiliki fungsi sebagai kontrol sosial. Kekuatan radio terletak pada daya langsung berarti penyampaian pesan dapat berlangsung sangat cepat, daya tembus, radio tidak mengenal jarak dan rintangan dan daya tarik.
        Radio memliki karakteristik yang membedakan dengan media massa lainnya. Karakteristik tersebut mencakup auditori, radio is the now, imajinatif, akrab, gaya percakapan yang simple dan radio juga dapat menjaga mobilitas.
D.  Televisi
        Televisi adalah media massa yang paling berpengaruh karena menggabungkan unsur  audio dan visual. Selain itu pengoperasian televisi lebih kompleks dengan banyaknya orang yang dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan. Metode penyajian yang diberikapun juga jauh lebih menarik.
E.   Film
        Film atau gambar bergerak awalnya hanya ditujukan sebagai media hiburan namun seiring dengan berjalannya waktu, film juga dapat digunakansebagai media penyebaran informasi dan media edukasi.
F.   Komputer dan Internet
        Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjamngkau jutaan orang di seluruh dunia. Penggunaan internet kini mencakup berbagai kalangan dan mulai menjadi gaya hidup baru bagi orang-orang yang ingin memperoleh informasi secara cepat, mudah, dimanapun dan kapanpun.

Hambatan Dalam Komunikasi Massa

4:22:00 am Add Comment
A.  Hambatan Psikologis
•      Perbedaan Kepentingan (Interest)
        Kepentingan membuat seseorang selektif dalam menanggapi pesan dan hanya akan memperhatikan rangsangan yang berhubungan dengan kepentingan tersebut. Dalam hal ini kepentingan jiga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran serta tingkah laku seseorang. Dalam komunikasi massa yang komunikannya heterogen, maka terdapat perbedaan kepentingan antara satu individu dengan individu lain. Perbedaan ini terjadi karena adanya heterogenitas komunikan yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dll.
•      Prasangka (Prejudice)
        Prasangka berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap individu maupun kelompok dan merupakan jenis sikap yang secara sosial sangat merusak.
•      Stereotip (Stereotype)
        Stereotip merupakan gambaran tertentu mengenai sifat dan watak pribadi atau kelompok yang bercorak negatif. Stereotip terbentuk karena adanya prasangka.
•      Motivasi (Motivation)
        Seluruh tingkah laku manusia didorong karena adanya motif tertentu. Motif merupakan pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan maupun dorongan dalam diri mansia yang menyebabkannya berbuat sesuatu.

B.  Hambatan Sosio Kultural
Hambatan ini terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu:
1)   Adanya perbedaan etnis dan budaya,
2)   Perbedaan norma atau aturan sosial,
3)   Ketidakmampuan dalam berbahasa Indonesia,
4)   Adanya hambatan mengenai bahasa (faktor semantik) yang menyebabkan perbedaan maksud antara komunikator dengan komunikan,
5)   Pendidikan yang belum merata,
6)   Hambatan mekanis sebagai akibat dari penggunaan media massa.

C.  Hambatan Interaksi Verbal
•      Polarisasi, adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kaat dan menguaikannya dalam bentuk ekstrem.
•      Orientasi Internasional (International Orientation), mengacu pada kecenderungan seseorang untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Dalam komunkasi massa orientasi internasional dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator.
•      Evaluasi Statis, evaluasi yang diberikan komunikan kepada komunikator bersifat statis dan tidak berubah.
•      Indiskriminasi (Indiscrimination), merupakan inti dari stereotip. Terjadi apabila komunikan memusatkan perhatian pada kelompok orang, benda atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik, khas dan perlu diamati secara individual.

Proses Komunikasi Massa

4:22:00 am Add Comment
A.  Pengertian
        Proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu. Komunikasi massa memerlukan media sebagai penghubung maka, proses komunikasi massa tersebut terdapat pada penggunaan media sebagai alat berkomunikasi. Terdapat 5 unsur dalam proses komunkasi menurut Lasswell yaitu:
Who    Says What    In Which Channel    To Whom    With What Effect
Komunikator    Pesan yang disampaikan    Media/saluran yang digunakan untuk berkomunikasi    Penerima atau komunikan    Efek/hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pesan




B.  Komponen Komunikasi Massa
Dalam komunikasi terdapat komponen-komponen yang harus diperhatikan yaitu:
•      Komunikator (Communicator)
        Komunikator dalam komunikasi massa berbeda dengan komunikator pada komunikasi interpersonal. Perbedaannya terletak pada pengiriman pesan. Dalam komunikasi interpersonal, komunikator dapat langsung mengirimkan pesan kepeda komunikan namun dalam komunikasi massa pengirim pesan merupakan institusi atau lembaga yang bekerja sama agar pesan dapat sampai kepada komunikan.
        Menurut Hiebert, Ungurait dan Bohn komunikator memiliki 3 sifat yaitu costliness yang berarti setiap pesan yang disampaikan kepada komunikan membutuhkan biaya. Complexity, sebelum pesan dapat dinikmati terdapat proses atau alur yang panjang yang melibatkan banyak orang di dalamnya. Compertiveness, adanya kompetisi yang terjadi antar media.
•      Codes and Content
        Codes adalah simbol yang digunakan sedangkan Content adalah isi atau makna dari sebuah pesan.
•      Gatekeeper
        Gatekeeper atau penjaga bertugas untuk menjaga agar media tidak kebobolan dalam menyampaikan berita. Sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh pemberitaan media tersebut.
•      Regulator
        Regulator berperan layaknya gatekeeper namun regulator berada di luar institusi media.
•      Media
•      Audiens (Audience) merupakan sasaran dari komunikasi massa.
•      Filter
        Filter atau penyaringan berguna untuk membendung arus informasi yang tidak sesuai dengan budaya dikarenakan banyaknya audiens dari media massa. Indaa manusia dapat digunakan sebagai filter namun penyaringan informasi dari masing-masing individu berbeda tergantung dari 3 aspek seperti budaya (cultural), tatanan psikologi (psychological) dan kondisi fisik (physical).
•      Umpan Balik (Feedback)
        Feedback merupakan tanggapan atau respons dari penerima pesan. Umpan balik dalam komunikasi massa berbeda dengan umpan balik yang terjadi pada komunikasi lain. Jika pada komunikasi lain umpan balik terjadi langsung saat komunikator berhadapan dengan komunikan, namun pada komunikasi massa, umpan balik terjadi secara tidak langsung dan membutuhkan waktu untuk sampai kepada komunikator.

C.  Efek Komunikasi Massa
        Media massa dengan banyaknya informasi yang diberikan memberikan pengaruh pada komunikan. Pengaruh atau efek tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kehadiran media massa memberikan pengaruh seperti efek ekonomi, efek sosial, penjadwalan sehari-hari, efek hilangnya perasaan tidak nyaman dan efek menumbuhkan perasaan tertentu.
        Pesan yang disampaikan tak luput juga dapat memberi pengaruh yaitu efek kognitif atau efek yang bersifat informatif bagi komunikan. Efek afektif yang menyebabkan seseorang dapat merasakan suasana emosional sebagai akibat yang ditimbulkan media massa. Efek behavioral merupakan akibat yang timbul dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

Riset Komunikasi Massa

4:22:00 am Add Comment
A.  Riset Khalayak (Audience Research)
        Adalah upaya mencari data tentang khalayak yang dapat diinterpretasikan menjadi informasi yang dibutuhkan. Data tersebut dikelompokkan ke dalam profil khalayak (audience profile), terpaan media (media exposure), peringkat khalayak (audience rating) dan efek media. Riset khalayak dalam komunikasi massa berperan memberikan ciri ilmiah dalam ilmu komunikasi, mengembangkan sistem penelitian, memberikan informasi mengenai kepada stasiun penyiaran dan memberikan rekomendasi kepada stasiun penyiaran untuk meningkatkan kualitas siarannya. Selain itu riset khalayak juga berperan penting dalam memperkuat eksistensi ilmu komunikasi dan meningkatkan kualitas siaran suatu stasiun penyiaran.
B.  Riset Pemuka Khalayak
        Pemuka khalayak atau pemuka pendapat adalah seseorang yang memiliki kemampuan mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang secara informal sesuaidengan kehendak si pemuka pendapat atau pemimpin melalui hubungan sosial yang dibinanya. Pemuka pendapat dinilai dapat mempengaruhi sikap masyarakat karene beberapa karakteristik berikut: (1) Pendidikan formal yang lebih tinggi dibanding dengan anggota masyarakat lainnya. (2) Memiliki status sosial dan ekonomi yang tinggi pula. (3) Lebih dalam menerima ide baru (4) Pengenalan terhadap media lebih tinggi. (5) Memiliki kemampuan empati yang lebih besar. (6) Partisipasi sosial lebih besar. (7) Lebih kosmopolit.

 Public Relations  

        Public Relation adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan prosedur dari individu atau organisasi untuk kepentingan publik, membuat perencanaan dan melaksanakan program tindakan untuk memperoleh pengertian dan dukungan publik. Dikarenakan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, maka kegiatan public relation (PR) menjadi semakin penting sebagai jembatan antara organisasi dengan publiknya.
        Dengan peran sebagai jembatan antara organisasi dengan publiknya, menguasai media massa dan mempunyai hubungan yang baik dengan pers, PR juga memiliki tanggung jawab umum yaitu: (1) Menganalisis (Analyzing) masalah. (2) Menjadi penasihat pimpinan (Conseling). (3) Mengkomunikasikan informasi (Communicating). (4) Mengevaluasi dan mengkaji (Evaluating). Kegiatan yang sering dilakukan oleh seorang PR berkaitan dengan media massa karena PR disini berperansebagai komunikan.
        PR dan media massa tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling membutuhkan. Ini dikarenakan PR menjadi sumber berita bagi media sedangkan media menjadi sarana publisitas bagi PR dagar perusahaan dapat lebih dikenal oleh masyarakat. Tanpa adanya PR media massa tidak dapat memperoleh keakuratan berita seperti yang diinginkan.

8.    Etika Komunikasi Massa

        Etika komunikasi massa atau etika pers adalah kesadaran moral bagi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Etika pers ini sebagai kontrol juga sebagai pertanggungjawaban sosial media kepada masyarakat. Apabila komunikator melanggar kode etik pers atau kode etik siaran, maka yang menjadi korban adalah sekelompok orang atau masyarakat yang merasakan pelanggaran etika tersebut. Tanggung jawab tersebut bukannya malah mengekang media namun menjaga agar kebebasan media dijalankan sesuai dengan fungsinya. Jurnalis harus bebas dari kepentingan dan mengabdi untuk umum. Objektif dalam memberitakan sehingga tidak merugikan pihak-pihak lain.
         Selain jurnalis, media juga harus menaati peraturan yang berkaitan dengan etika komunikasi seperti: melawan campur tangan individu dalam media tersebut, media tidak boleh menjadi kaki tangan orang-orang tertentu yang akan mempengaruhi proses pemberitaannya, media mempunyai kewajiban membuat koreksi lengkap dan tepat jika terjadi ketidaksengajaan kesalahan yang telah dibuat,  wartawan bertanggung jawab atas laporan beritanya ke publik, media tidak perlu melakukan tuduhan pada seseorang atas kesalahan tanpa memberi kesempatan untuk melakukan pembelaan dan tanggapan.
        Tanggung jawab yang dimiliki media tidak berarti bahwa media tidak mempunyai kebebasan. Kebebasan disini mutlak dimiliki oleh media massa yang biasa disebut dengan kebebasan pers. Kebebasan pers mengacu pada kebebasan media dalam memberitakan namun tidak meninggalkan tanggung jawab dan bukan bebas dalam artian sebebas-bebasnya.

19.              Literasi Media

        Literasi media (media literacy) atau kecerdasan merupakan proses analisis dalam membaca pesan-pesan yang disampaikan oleh media. Literasi media tidak terlepas dari beberapa unsur berikut yaitu (1) budaya melek huruf, menimbulkan efektivitas dan efisiensi penggunaan simbol tulisan yang berakibat pada keseragaman pemaknaan bahasa, komunikais dapat terjadi pada jarak yang panjang serta budaya dapat terekam dalam sebuah kertas. (2) Revolusi Guterberg, Johhanness Gutenberg yang menemukan teknologi pencetakan sistem tekan telah membawa kemajuan yang sangat signifikan. (3) Teknologi komunikasi modern. (4) literasi media.