Prinsip dan Tahapan Dalam Proses Layout di Media Massa Cetak

10:00:00 pm
Prinsip Layout

Prinsip dasar layout merupakan formula bagaimana membuat suatu layout yang baik. Tentunya formula ini jika diterapkan dengan baik dan benar, dan ditambah dengan latihan dan ekplorasi terus-menerus akan memberikan hasil yang maksimal. Prinsip layout ada empat, yaitu :
1.      Sequence atau Urutan
Sequence atau urutan banyak juga yang menyebutnya dengan istilah hierarki/flow/aliran. Pada prinsipnya kita membuat prioritas dan mengurutkan dari yang harus dibaca pertama sampai ke yang boleh dibaca belakangan. Tujuannya agar pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan secara runtut tidak saling tumpang tindih. Dengan adanya sequence akan membuat pembaca secara otomatis mengurutkan pandangan matanya sesuai dengan yang kita inginkan. Sequence dapat dicapai dengan adanya emphasis atau penekanan
2.      Emphasis atau Penekanan
Emphasis memiliki fungsi menggiring perhatian pembaca untuk secara runtut mencerna informasi pesan yang disampaikan. Penekanan atau emphasis yang paling kuat akan menjadi pusat perhatian atau point of interest. Penekanan atau emphasis dapat diciptakan dengan berbagai cara, antara lain:
  • Membedakan ukuran huruf sesuai urutan pesan yang ingin dibaca lebih dulu.
  • Memberikan warna yang kontras atau berbeda dengan background dan elemen desain yang lainnya
  • Letakkan di posisi strategis dan dapat menarik perhatian. sebagai pegangan kita pasti sudah mengerti jika manusia pada umumnya membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. maka posisi yang pertama dilihat oleh pembaca adalah kiri atas
  • Gunakan style yang berbeda dengan style yang lain sehingga pembaca tertarik melihat bentuk yang berbeda tersebut.
3.      Balance atau Keseimbangan
Pembagian berat yang merata pada bidang layout, bukan menampilkan elemen yang banyak hingga memenuhi bidang layout, akan tetapi lebih menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Ada dua macam keseimbangan suatu layout, yaitu :
  • Kesimbangan yang simetris (symetrical balance/formal balance)
  • Keseimbangan yang tidak simetris (assymetrical balance/informal balance)
4.      Unity atau Kesatuan
Supaya sebuah layout memberi efek yang kuat bagi pembacanya, ia harus mempuyai kesan unity atau kesatuan. Tidak berarti hanya kesatuan dari elemen-elemen yang secara fisik kelihatan, namun juga kesatuan antara fisik dan nonfisik yaitu pesan dan komunikasi yang dibawa dalam konsep desain tersebut.

Tahapan Layout
Tahapan atau proses layout ada lima, yaitu:
1.      Membuat Konsep
Membuat konsep dilakukan dengan menggunakan creative brief yang tertuang secara tertulis dimana fungsinya sama dengan konsep desain.
2.      Memilih Media dan Spesifikasinya
Memilih media dan spesifikasinya adalah hubungan antara pengamat, jenis dan cara membaca media, jarak media, dan durasi membaca media.
3.      Membuat Thumbnails dan Dummy
Membuat thumbnails dan dummy adalah perencanaan pengorganisasian layout sehingga menjadi sketsa yang dituangkan dalam bentuk mini dengan didasarkan spesifikasi media yang dipilih. Rancangan dalam thumbnails kemudian dieksekusi dengan alat bantu yang disebut dummy atau mock up.
4.      Merancang Desain Menggunakan Desktop Publishing
Merancang desain menggunakan desktop publishing adalah proses eksekusi desain dengan menggunakan software komputer.
5.      Menentukan Teknik Percetakan
Menentukan teknik percetakan adalah finishing desain hingga bentuk jadi. Teknik cetak yang umumnya digunakan yaitu offset, flexografi/cetak tinggi, rorogravure, sablon/cetak saring/printing, digital.

Tahapan Membuat Layout

Dalam mengerjakan desain, kebanyakan orang langsung menggunakan software pada komputer. Begitu umumnya cara kerja tersebut, sampai terbentuk persepsi bahwa belajar desain sama dengan belajar komputer. Komputer dan software memang diperlukan dalam mendesain/me-layout, tetapi itu adalah tahapan ke sekian. Adapun proses yang benar dimulai dengan membuat:
1. Konsep Desain
Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab sebelum mendesain layout yang baik:
  • Apa tujuan desain tersebut?
  • Siapa target audience-nya?
  • Apa pesan yang ingin disampaikan kepada target audience?
  • Bagaimana cara menyampaikan pesan tersebut?
  • Di mana, media apa dan kapan desain itu akan dilihat oleh target audience?
Jawaban semua pertanyaan di atas adalah konsep dasar secara umum yang harus ada sebagai panduan anda untuk mendesain layout.
2. Media dan Spesifikasinya
Setelah mengerjakan konsep desain, kemudian tentukan media dan spesifikasi yang digunakan:
  • Media apa yang paling cocok. Misalnya flyer, brosur, spanduk dll.
  • Bahan. Misalnya kertas daur ulang, fancy, kain dll.
  • Ukuran
  • Posisi. Misalnya vertikal/portrait atau horisontal/landscape.
  • Kapan, berapa lama dan di mana karya desain tersebut akan diperlihatkan pada target audience.
3. Thumbnails dan Dummy
Berdasarkan spesifikasi media yang dipilih, kita mulai merencanakan pengorganisasian layout dengan membuat thumbnails atau sketsa layout dalam bentuk mini. Sebaiknya dalam mengerjakannya tidak langsung menggunakan komputer, cukup dengan pensil dan kertas dulu.
Thumbnails berguna tidak hanya untuk memperkirakan letak elemen layout, termasuk juga urutan dan pengaturan halaman untuk karya desain publikasi yang lebih kompleks, seperti buku atau majalah.
Untuk mengantisipasi kesalahan cetak, dibutuhkan alat bantu yang murah dan sederhana yaitu dummy atau mock-up. Dummy adalah contoh jadi suatu desain, sehingga kita dapat melihat bagaimana kira-kira bentuk karya desain tersebut nantinya.
4. Desktop Publishing
Setelah semua panduan dan tahapan sudah lengkap, baru menggunakan sooftware di komputer untuk memulai eksekusi desain.
Program desktop publishing yang bisa digunakan antara lain seperti InDesign, PageMaker, Photoshop, Freehand, Illustrator, CorelDraw dll.
Photoshop paling ideal untuk mengedit image yang berbasis bitmap, untuk membuat image, lebih mudah menggunakan program seperti FreeHand, Illustrator dan CorelDraw, program-program tersebut cocok untuk membuat desain logo, flyer, brosur dll. InDesign dan PageMaker cocok untuk membuat desain dengan banyak halaman, seperti buku, majalah, koran dll.
Dengan mengenal dan menguasai berbagai software tersebut di atas akan sangat membantu kita dalam mengerjakan sebuah karya desain, misalnya untuk membuat majalah dengan banyak foto/image, kita tidak dapat hanya mengandalkan semuanya pada InDesign saja. Karena InDesign diperuntukkan untuk melayout halaman-halaman publikasi, namun tidak untuk mengedit foto atau membuat image yang akan digunakan. Artinya kita perlu beberapa software berbeda untuk sebuah pekerjaan desain.
Setelah selesai tahapan ini, perlu dilakukan cek ulang, untuk mengantisipasi kesalahan, kemudian menyiapkan file untuk dicetak, diantaranya pengaturan warna, mengumpulkan font yang akan dipakai, memberikan penanda pada bagian-bagian desain yang akan dipotong atau dilipat nantinya.
5. Percetakan
Pada tahap ini desainer menentukan teknik cetak apakah yang cocok untuk mencetak karya desainnya. Saat ini ada 5 macam teknik cetak yang umum digunakan, yaitu: Offset, Cetak Tinggi, Rotogravure, Sablon dan Digital.
Untuk mendapatkan hasil cetak yang optimal, diperlukan kerja sama yang baik antara pihak desainer dan percetakan.
Bagi anda yang ingin mendesain sesuatu, biasanya anda membutuhkan kemampuan menggunakan perangkat lunak komputer grafis seperti CorelDRAW, misalnya. Namun ada hal lain yang harus anda miliki selain penguasaan piranti lunak komputer tersebut, karena produk teknologi hanyalah alat pendukung pekerjaan desain grafis. Hal lain tersebut adalah potensi kreatifitas dari seorang desainer grafis. Kebanyakan orang menganggap bahwa seorang desainer grafis hanya cukup mengandalkan kemampuan dan pengetahuannya tentang perangkat lunak computer grafis, tetapi tidak mengasah dan menambah wawasannya dengan memahami teori seni dan desain, serta ilmu komunikasi.

Modul ini dipersiapkan untuk memberikan anda wawasan seni desain, dikaitkan dengan prinsip-prinsip komunikasi dan pemahaman mendalam mengenai aspek-aspek visual, sehingga tidak hanya menjadi modul tutorial yang sekadar menjadikan anda operator perangkat lunak komputer grafis melainkan lebih dari itu menjadi seorang desainer komunikasi visual. Artinya, tidak hanya skill yang kita kuasai namun juga soul yang harus diasah, bukan hanya teknik yang handal tapi lebih dari itu touch harus juga dilatih terus menerus, sehingga karya desain komunikasi visual kita dapat hidup/memiliki ruhnya.

Seni sangat berperan untuk keteraturan (karena berhubungan dengan tata letak dan kesesuaian pencitraan komposisi visual) dan keindahan (estetika, karena berkaitan dengan imajinasi dan kesesuaian konteks kultural yang dibawa) ketika mendesain media publikasi. Sedangkan ilmu komunikasi berperan dalam memahami posisi desainer sebagai komunikator yang sedang menyusun pesan yang hendak dibaca oleh khalayak sasaran. Pekerjaan desainer grafis menuntut pemahaman terhadap esensi dunia visual dan seni (estetika). Sebab desain grafis menerapkan elemen dan prinsip desain (komposisi) dalam memproduksi sebuah karya visual. Penggunaan perangkat lunak komputer grafis yang tepat dan penataan letak/komposisi dengan konsep seni menjadikan pesan efektif tersampaikan kepada khalayak sasaran, sehingga mereka memahami pesan dari produk visual tersebut.

Desain grafis menerapkan beberapa prinsip, yaitu: kesederhanaan, keseimbangan, kesatuan, penekanan, dan repetisi. Prinsip ini salah satu penerapannya pada komposisi visual/ tata letak, dimana ke-lima hal tersebut yang menjadi acuannya. Sederhana membuat audiens fokus terhadap informasi visual yang disampaikan; seimbang memungkinkan audiens tidak terganggu (manipulasi optical) mencerna informasi di balik informasi visual tersebut; prinsip kesatuan memberi tahu audiens hal-hal mana dari elemen visual tersebut yang menjadi satu kesatuan runtutan informasi, prinsip penekanan mengarahkan audiens pada informasi mana yang harus diingat dan informasi mana yang berlaku sebagai penyelaras atau pendukung informasi utama; dan prinsip repetisi memberi kesempatan audiens untuk mengingat/ mengulang kembali informasi penting yang disampaikan.

Sedangkan elemen-elemen yang digunakannya meliputi garis, bentuk, ruang, tekstur, dan warna. Sehingga pada gilirannya apresiator karya visual akan memberikan penilaian: nilai estetis dan nilai ekstra. Nilai estetis diperoleh melalui penggunaan elemen-elemen dan prinsip-prinsip visual, sedangkan nilai ekstranya muncul dari gerakan (animasi), percepatan, lambaian, suasana panas, atmosfer tenang, dan sebagainya. Misalnya elemen warna (nilai estetis) memunculkan kesan temperatur (nilai ekstra) warna panas dan warna dingin (Sitepu, 2009 : 11 - 14).

Form atau bentuk yang diambil dari kata Latin, forma (bahasa Yunani), memiliki arti bentuk, struktur, dan ide. Pada intinya bentuk adalah gabungan elemen-elemen visual dasar, yaitu ukuran, warna dan tekstur, dan lebih dari pada sekedar shape. Oleh karena itu bentuk menjadi penting dalam bidang desain komunikasi visual, karena lewat bentuk yang kasat mata, tanda bisa dimaknai dan dipergunakan untuk menyampaikan pesan/informasi visual. Bentuk sendiri dalam bidang desain dikenal bentuk dua dimensi maupun bentuk tiga dimensi.

Bentuk-bentuk tersebut memiliki fungsi utama dan sejumlah fungsi tambahan atau pendukung. Fungsi-fungsi tersebut kadang jelas terkait pada bentuk tertentu, pisau misalnya, gunanya untuk memotong. Persepsi tentang fungsi dalam bentuk muncul ketika kita telah mengenali bentuk benda tersebut sesuai pengalaman yang terkonstruksi dalam otak kita. Jika kita melihat bentuk lain dari pisau (misalnya bentuknya setengah lingkaran) yang berbeda dari bentuk pisau yang biasa kita kenali, maka kita juga akan sulit meraba fungsi dari bentuk pisau seperti itu. Dalam bentuk dua dimensi fungsi agak lebih abstrak dan sulit dikenal/tidak jelas berbeda dengan bentuk tiga dimensi. Desain komunikasi visual tidak hanya berfungsi mekanikal seperti mengarahkan interpretasi tetapi juga fungsi lainnya, yaitu memberi inspirasi, informasi, dan menggerakkan kita untuk beraksi (Safanayong, 2006 : 3).

Menciptakan pesan visual memerlukan langkah-langkah yang terstruktur sehingga pesan tersebut dapat dipahami/ dimaknai sesuai kemauan komunikator. Tiga tahapan untuk merumuskan pesan yang efektif menurut Safanayong (2006) adalah melahirkan pesan, mengevaluasi dan memilih pesan, serta menyampaikan pesan.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »