KB 1 – Humas sebagai fungsi manajemen dan fungsi komunikasi
Dalam mempelajari humas, ada dua pendekatan yang perlu
digunakan, yakni pendekatan humas sebagai fungsi manajemen dan humas sebagai
fungsi komunikasi. Sebagai fungsi komunikasi, humas dalam sebuah organisasi
membantu berkomunikasi dengan berbagai public sehingga organisasi akan
memperoleh dukungan dari berbagai public. Hubungan yang harmonis antara anggota
organisasi dan berbagai publiknya akan menjadi landasan yang kuat bagi
tercapainya tujuan organisasi.
Berbagai definisi humas menekankan kegiatan komunikasi
sebagai alat, cara, atau aktivitas untuk mencapai tujuan, terbangunnya
hubungan, atau saling pengertian antara organisasi dan berbagai publiknya.
Dalam menjalankan kegiatan komunikasi untuk membantu
organisasi, humas perlu menjalankan komunikasi strategis, yakni sebuah kegiatan
komunikasi yang didasari oleh perencanaan yang matang dengan tujuan yang jelas,
dilaksanakan secara sistematis, dan dievaluasi dampak yang dihasilkannya. Dalam
menjalankan komunikasi strategis ini, diperlukan bukan saja manajer komunikasi,
tetapi juga para teknisi komunikasi yang akan bertugas melaksanakan atau
mengimplementasikan seluruh kegiatan komunikasi.
Dalam menjalankan komunikasi strategis ini, humas perlu
mempertimbangkan antara lain public yang dihadapi oleh organisasi atau
perusahaan, permasalahan yang berkembang dalam hubungan antara organisasi dan
berbagai public tersebut, media yang akan dipilih untuk berkomunikasi dengan
public, format pesan yang akan digunakan dalam berkomunikasi, serta dukungan
sumber daya yang dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan komunikasi tersebut.
KB 2 – Konsep teknik humas
Para praktisi humas secara
garis besar menjalankan dua peranan penting, yakni sebagai manajer komunikasi
yang mengelola setiap kegiatan komunikasi dalam kehumasan perusahaan dan
sebagai teknisi komunikasi yang mengimplementasikan berbagai kegiatan
komunikasi yang sudah direncanakan oleh manajer humas. Dalam praktik, seorang
manajer humas masih menjalankan kegiatan-kegiatan teknik humas seperti menulis,
menyuntung dan sebagainya.
Sebagai teknisi, praktisi humas harus menguasai
ketrampilan-ketrampilan teknis yang berkaitan dengan berbagai mode komunikasi :
lisan, tulis cetak, audio, dan audio visual serta interaktif. Disamping itu,
mereka juga harus dapat memproduksi media komunikasi yang akan digunakan dalam
bidang kehumasan.
Karena pentingnya keterampilan teknis ini, kurikulum
pendidikan kehumasan di Amerika menempatkan teknik-teknik kehumasan sebagai
salah satu materi kuliah penting bagi para mahasiswa kehumasan, di samping mata
kuliah teori dan manajemen.
Dalam praktik, para praktisi humas umumnya menjalankan
kegiatan teknis yang berupa penulisan, seperti siaran berita, tanggapan untuk
surat pembaca di surat kabar, menulis iklan perusahaan, menulis naskah pidato,
membuat fotografi, menyiapkan bahan-bahan audio dan audiovisual, serta
menangani dan mengoordinasi hubungan dengan wartawan dan media massa.
Modul 2 – Teknik Komunikasi Lisan
KB 1 – Presentasi
Salah satu tugas praktisi humas yang cukup penting dan
sering dilakukan adalah melakukan presentasi untuk berbagai kesempatan kepada
berbagai public, seperti presentasi kepada karyawan, warga komunitas, konsumen,
aparat pemerintah, pemegang saham, para wartawan, dan sebagainya.
Dalam mempersiapkan presentasi, seorang praktisi humas perlu
mempertimbangkan tiga hal utama, yakni khalayak atau audiens, tujuan atau
maksud presentasi, dan pesan yang akan disampaikan dalam presentasi. Oleh
karena itu, analisis profil khalayak perlu dilakukan dari segi demografi,
psikografi, dan kepentingan khalayak.
Dalam menyiapkan presentasi pun, perlu dilihat terlebih
dahulu tujuan dari sebuah presentasi, apakah memberi tahu khalayak sehingga
pemahaman khalayak akan meningkat terhadap sebuah subjek, untuk membujuk
khalayak sehingga memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek, atau untuk
memberi instruksi sehingga khalayak dapat melakukan tindakan seperti yang
diinginkan organisasi.
Agar presentasi efektif, aspek pesan pun akhirnya harus
disusun sedemikian rupa dan disajikan dengan memanfaatkan berbagai unsure
komunikasi secara maksimal.
KB 2 – Lobi dalam Kehumasan
Melobi para pembuat keputusan public yang biasanya berupa
peraturan atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau badan-badan
legislatif merupakan salah satu kemungkinan tugas yang harus dijalankan oleh
seorang praktisi humas. Melalui kegiatan ini, praktisi humas berusaha untuk mempengaruhi
para pengambil kebijakan sehingga keputusan yang mereka buat tidak sampai
merugikan perusahaan atau organisasi.
Sudah tentu
aktivitas lobi ini berbasis pada komunikasi interpersonal tatap muka dengan
para pengambil kebijakan. Namun, pada perkembangannya dalam melakukan lobi,
para pelobi juga harus mengembangkan aktivitas tambahan berupa penyedian data
dan fakta yang memadai sebagai bagian dari usaha untuk meyakinkan para
pengambil kebijakan. Aktivitas ini memang berpotensi menimbulkan masalah karena
dalam aktivitas lobi bisa saja terlibat usaha-usaha penyuapan, bukan usaha
berdasarkan komunikasi persuasi. Oleh karena itu, para pelobi ini tentu perlu
menggunakan standar-standar moral yang ketat.
Modul 3 –
Teknik Penulisan Informatif
KB 1 – Penulisan
Siaran Pers
Tulisan humas
dibuat antara lain bisa untuk mencapai salah satu dari tujuan tulisan, yakni
untuk meningkatkan pengetahuan publik (to inform) tentang berbagai aspek yang
berhubungan dengan organisasi atau perusahaan, untuk membujuk (to persuade)
agar publik memiliki sikap tertentu terhadap organisasi atau perusahaan dengan
segala aspeknya, dan untuk mengarahkan atau memberi instruksi kepada publik (to
instruct) sehingga publik melakukan tindakan tertentu sesuai dengan keinginan
pihak perusahaan.
Satah satu tulisan yang sering dipakai dalam humas adalah
tulisan informative. Ciri-ciri yang menonjol dari sebuah tulisan informative
adalah disajikan dengan tone netral, berimbang tidak bias, dan langsung
(straightforward) serta bersifat factual. Beberapa contoh format tulisan
informative bisa dalam bentuk siaran pers, fact sheet, sketsa biografi,
newsletter, dan annual report (laporan tahunan).
Siaran pers merupakan salah satu bentuk tulisan informative
yang bertujuan untuk memberitahukan public tentang berbagai dinamika,
perubahan, dan peristiwa dalam perusahaan melalui media massa. Sebagai sebuah bentuk tulisan
informative, siaran pers sudah diakui sebagai sumber informasi penting yang
dapat digunakan oleh media massa
untuk menulis berita. Para praktisi humas dapat menulis sebuah siaran pers dan
kemudian dikirim ke media massa.
Jika siaran pers itu memiliki nilai
layak berita yang kuat, besar kemungkinan siaran pers itu akan menjadi berita
di media massa.
Akan tetapi,
siaran pers tidak selalu berakhir menjadi berita di media massa. Siaran pers
bisa juga tidak dimuat oleh berbagai media sebab mungkin kuran mengandung nilai
layak berita, kebenarannya diragukan, kalah bersaing dari siaran pers lain,
berisi promosi berlebihan, atau karena tidak ditulis dengan baik. Oleh karena
itu, siaran pers yang dibuat harus memiliki nilai berita yang kuat.
Beberapa ukuran yang digunakan untuk mengukur nilai berita
adalah penting, magnitude, aktual, dekat, keterkenalan, dan mengandung unsur
layak berita. Untuk menggali bahan yang lengkap tentang peristiwa yang akan
dijadikan bahan siaran pers dapat digunakan rumus 5W + 1H (who = siapa, why =
mengapa, what = apa, when = kapan, where = dimana, dan how = bagaimana)
Siaran pers dengan format berita langsung biasanya memiliki
ciri aktualitas tinggi. Hal tersebut melibatkan orang dalam posisi penting atau
terkenal dengan tujuan informative, angel tulisan tunggal, struktur tulisan
dengan piramida terbalik, biasanya menggunakan who atau what lead dengan bahasa
hemat, jelas, dan uraian dengan tempo yang cepat.
Format standar teknis untuk penulisan siaran pers biasanya
menyangkut penggunaan kertas berlogo lembaga, diketik dalam spasi rangkap,
mencantumkan kapan sebaiknya dimuat dan dapat dibuat (dateline), serta memberi
nomor kontak dan orang yang bisa dihubungi oleh wartawan yang ingin melakukan
cek ulang atau konfirmasi terhadap siaran per situ dan menggali materi untuk
melengkapi siaran pers.
KB 2 – Penulisan Sketsa Biografi dan Backgrounder
Sketsa biografi merupakan sebuah deskripsi atau gambaran
ringkas tentang seseorang yang ditulis dengan tujuan untuk membangun
kredibilitas orang tersebut pada public yang mungkin belum banyak mengenalnya.
Sketsa biografi ditulis terutama untuk memperkenalkan orang-orang yang
menduduki posisi baru dalam perusahaan, pejabat-pejabat
pemerintah yang baru dilantik, atau para juru bicara dalam seminar. Sketsa biografi ini dapat dipakai sebagai
informasi awal untuk menulis profil di media massa oleh wartawannya. Sketsa
biografi biasanya merupakan versi singkat dan model naratif dari curriculum
vitae yang biasanya ditulis dengan cara enumeratif dalam jumlah halaman yang
panjang.
Untuk kepentingan pengenalan perusahaan, praktisi humas
dapat menggunakan backgrounder atau company profile. Backgrounder bisa ditulis
dengan menggunakan pendekatan, seperti dalam penulisan sketsa biografi.
Perbedaanya yang utama terletak pada objek tulisan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon